Otomotifnet.com - Bagi Anda yang melakukan perjalan dengan mobil bertransmisi otomatis, apakah ngeh sama Shift Lock Release yang acap ada di ujung tuas transmisi otomatis?
Nah, sudah tahun fungsinya belum?
Lalu mengapa pada girboks A/T yang cenderung konvensional, kadang terdapat mode 2 atau L di bawah D.
Tetapi yang lebih modern hanya ditandai + dan -.
Supaya bisa makin enjoy, simak uraian berikut ini.
Overdrive dan Triptronic
Sering bingung dengan istilah triptronic, steptronic, shiftronic dan tronic-tronic lainnya?
Sebenarnya nama-nama tersebut hanya untuk mendeskripsikan mode manual yang sudah dilengkapi di transmisi otomatis konvensional dan CVT.
Contohnya ada di Hyundai Grand Avega, Kia Rio, All New Mitsubishi Pajero Sport dan All New Toyota Fortuner.
Baik mengandalkan paddle shift atau tuas transmisi, metode ini dilakukan agar pengemudi dapat mengambil alih pemindahan gigi.
Sehingga alih-alih menunggu tekanan hidrolis mengganti gigi dari torque converter, perintah elektronis yang dikirim ke ECU menggantinya terlebih dahulu.
Sedangkan opsi overdrive atau O/D biasanya ada di jenis yang lebih lawas, meskipun lebih tepatnya disebut overdrive off.
Tombol O/D Off hanya ada di 4A/T, fungsinya untuk menahan supaya transmisi tidak mengoper ke gigi 4.
Pada transmisi CVT, yang tersedia adalah tombol sport. Gunanya untuk mengubah rasio CVT menjadi lebih rendah supaya power lebih besar.
Begitu diaktifkan, RPM akan naik sekitar 1.000 – 1.500.
Fitur Snow
Fitur S pada transmisi otomatis ada yang Sport ada juga Snow.
Mobil Eropa seperti Mercedes-Benz dan BMW ada fitur Snow, sedangkan Sport ada di mobil seperti Hyundai dan Mercy.
Di mobil Jepang umumnya Eco dan Normal, sebenarnya ini sama dengan Snow yang perpindahannya lebih cepat.
Kalau Snow, perpindahan gigi lebih cepat untuk meminimalisir ban spin pada musim salju sebenarnya.
Tapi di sini bisa untuk mengiritkan konsumsi BBM karena perpindahan gigi lebih cepat sehingga RPM tidak terlalu tinggi.
Sedangkan mode Sport perpindahan lebih lama dan RPM lebih tinggi sesuai karakter sport.
Manual mode itu tergantung keinginan kita, jika ingin cepat ya transmisinya mengikuti kemauan kita.
Gejala Kerusakan
Bagian ini perlu dicermati oleh setiap pemilik transmisi otomatis.
Pasalnya jika terlewat, bisa berlanjut ke kerusakan yang lebih fatal.
Mau jenisnya konvensional dengan torque converter, CVT maupun DCT, hampir semua gejala kerusakannya sama.
Biasanya ada bunyi-bunyi, gejala selip, kurang tenaga, muncul bau, indikator malfunction menyala dan lain lain.
Sedangkan oli kotor abnormal juga menjadi tanda-tanda terjadi kerusakan transmisi.
Gejala yang paling terasa pasti selip kalau digas, RPM naik tapi kecepatannya tidak.
Perpindahan gigi yang kasar juga menunjukkan adanya kerusakan.
Indikator check engine dan transmisi juga akan menyala, nanti bisa cek dengan scanner lagi.
Nah, kalau sudah ada tanda-tanda di atas, lebih baik cepat diperiksa lebih lanjut yuk agar tidak terjadi kerusakan lebih parah.
Shift Lock dan Derek
Kendaraan bertransmisi otomatis bisa diderek, tapi dengan perlakuan khusus.
Harus lebih hati-hati ada banyak prosedur yang musti dipahami.
Berbeda dengan transmisi manual yang tidak ada hambatan sama sekali ketika mau diderek.
Paling utama tentu posisi tuas persneling harus di N (Neutral).
Kalau transmisi masih memiliki tuas dan masih sistem mekanis tentu mudah saja.
Tinggal injak pedal rem dan pindahkan ke posisi N atau bisa memanfaatkan fitur shift lock tanpa menginjak pedal rem.
Nah bagaimana jika pada transmisi modern seperti BMW 8 speed automatic?
Untuk hal ini sebaiknya menghubungi bengkel resmi BMW terdekat, supaya dapat ditangani secara profesional.
Langkah kedua, tentu harus mengetahui kendaraan berpenggerak depan atau belakang atau mungkin penggerak 4 roda.
Kalau penggerak 4 roda lebih aman pakai towing gendong.
Kalau penggerak depan dan hanya dapat menemukan derek konvensional, ban depan wajib diangkat jadi hanya ban belakang yang menyentuh aspal. Begitu juga sebaliknya.
Kendaraan bertransmisi tidak haram untuk didorong.
Tapi hanya untuk darurat. Misal memindahkan kendaraan dari jalur cepat ke jalur kiri. Bisa juga dorong untuk memasukan ke garasi rumah atau bengkel.
Perhatikan pula soal jarak agar jangan terlalu jauh, karena saat kendaraan tidak hidup, maka tidak ada pelumasan di dalam transmisi otomatis.
Mitos A/T
Banyak mitos yang beredar di pengguna transmisi otomatis.
Ada yang benar ada juga yang tidak.
Masalahnya jika ternyata yang selama ini percaya mitos yang salah, malah Anda yang dirugikan karena bisa mengakibatkan transmisi rusak.
Seperti misalnya pada saat menghidupkan mesin di pagi hari, sebaiknya posisi tuas transmisi berada di N.
Kalau terpaksa di P maksimal hanya dua menit, karena di posisi P oli tidak bersirkulasi penuh, kalau sering seperti ini akan mengakibatkan bushing dalam transmisi jadi aus dan akan jadi rusak.
Kemudian pada saat tanjakan yang curam dan membutuhkan power mesin, maka sebaiknya tuas transmisi diletakkan di posisi L.
Namun kalau tanjakannya landai di D tidak apa-apa, begitu juga pada saat turunan curam diletakkan di posisi L dan overdrive (jika ada) diaktifkan.
Nah, ketika ada genangan air menghadang, jangan langsung terabas.
Jika bisa dihindari maka hindari, kalau memang terpaksa lihat dulu tinggi airnya.
Kalau sampai merendam lebih dari setengah ban maka urungkan niat.