Jakarta - Sudah menjadi fakta umum jika pesona motor bebek kian memudar di tengah gempuran motor berjenis sport dan skutik.
Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia 2016 mencatat angka distribusi motor bebek hanya sekitar 599.542 unit atau memakan 10,11 persen market share.
Kalah jauh dari segmen matic yang menorehkan angka 4.688.004 unit, bahkan kalah dari tipe sport yang mencatat angka 643.739 unit.
Fenomena ini tak hanya terjadi di pasar motor baru, di pasar motor bekas alias seken, penjualan motor bebek pun tidak lagi bergairah.
"Karena trennya memang sudah bergeser. Sekarang banyak konsumen lebih memilih motor matic dan motor sport ketimbang motor bebek," buka Armon Asril, owner showroom motkas Luminta.
Atas alasan itu pula, pengusaha asal Padang ini tidak ingin menyetok banyak motor bebek di etalase tokonya.
Karena jika lakunya terlalu lama, harganya akan terus menyusut dan membuat rugi.
"Cuma ada Supra X 125 helm-in yang dipajang di depan. Itu juga susah laku," tambah pemilik showroom motkas di Jakasampurna, Bekasi ini. Supra X 125 helm-in seken sendiri punya harga pasaran antara Rp 7-Rp 8 juta.
( BACA JUGA : Pasar Bebek di Indonesia Terus Turun, Tapi Tak Akan Discontinue )
( BACA JUGA : Masih Disukai Banyak Konsumen, Harga Seken Yamaha V-Ixion Tetap Tinggi )
Kendati motor bebek konvensional seperti Yamaha Vega R, Honda Supra X, atau Honda Revo sudah jarang ada lagi peminatnya, namun untuk model-model bebek beperforma seperti Honda Sonic, Suzuki Satria, dan Yamaha MX King permintaannya masih tinggi dan banyak yang mencari.
"Untuk harga-harganya juga masih stabil. Misal Satria injeksi 2016, harganya masih di patok di angka Rp 16 jutaan. Yamaha MX King 2016 harganya di rentang Rp 12-13 jutaan," pungkas pria yang akrab disapa Simon ini.(Otomotifnet.com)