Otomotifnet.com - Pengawalan RI 1 alias presiden menjadi prioritas utama untuk keselamatan kepala negara dalam menjalankan aktivitasnya.
Bagi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) hal itu menjadi tugas dan tanggung jawab yang besar.
Kali ini berkaitan dangan hari jadi Paspampres ke-72 yang jatuh (3/1/2018) kemarin, mengajak melihat dedikasi paspampers di era Presiden Soeharto.
Salah satu tugas Paspampres adalah memastikan kendaraan yang ditumpangi Presiden Soeharto dapat melaju dengan aman dan nyaman apalagi jika berada di kemacetan.
(BACA JUGA: Harga All New Terios Nongol, Gimana Nasib Model Lama Di Pasar Mobkas)
Dilansir dari Kompas.com, Maliki Mift menyimpan kenangan berarti selama mendampingi Presiden ke-2 RI, Soeharto, pascalengser sebagai kepala negara pada 1998.
Maliki Mift memang diperintahkan Kepala Staf Angkatan Darat kala itu untuk menjadi pengawal khusus Soeharto.
Kesan tersebut ia tulis dalam salah satu bab di buku berjudul Soeharto: The Untold Stories (2011).
Pak Harto, begitu Maliki menyebut Soeharto, kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.
Namun, ia mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspos, yakni kesederhanaan.
(BACA JUGA: Hah! Ternyata Motor Warna Ini Yang Jadi Favorit Anak Zaman Sekarang)
Salah satunya yakni soal pengawalan, Soeharto sangat anti dikawal setelah tak lagi menjadi presiden.
Padahal, hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.
"Tetapi begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, "Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi kasih tahu polisinya," tulis Maliki dalam buku tersebut, menirukan ucapan pak Harto waktu itu.
Maliki mencoba memahami keinginan Soeharto, namun ia tetap merasa pengawalan sangat penting.
(BACA JUGA: Wow! Kayaknya Cuma Mobil Ini Yang Logonya Gak Bisa Dimaling)
Ia pun memutar otak, mencari cara agar Soeharto tetap dikawal namun tanpa terlihat.
Akhirnya Maliki meminta polisi mengawal di belakang saja, bukan di depan untuk membuka jalan.
Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.
"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," cerita Maliki.
Hari berikutnya, ide baru melintas di benak Maliki.
(BACA JUGA: Kebawa Perasaan Sama Cewek Yang Dibonceng Motor Lain, Cowok Ini Merana Dua Kali Lipat)
Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto.
Sebagai gantinya, ia akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.
Jadi, setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala.
Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.
Akhirnya, hari itu, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.
(BACA JUGA: Pernah Dengar Yamaha SC-1? Ternyata Eyangnya NMAX Lo...)
Setiap kali melewati lampu lalu lintas di persimpangan, lampu hijau selalu menyala agar mobilnya tidak berhenti menunggu rambu berganti.
Namun, lagi-lagi Soeharto mengendus keanehan.
Ia mempertanyakan mengapa setiap persimpangan yang ia lewati tidak pernah ada lampu merah.
Ia pun menegur Maliki agar jangan memberitahu polisi untuk mengatur lalu lintas.
"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya biar merah saja," ujar Pak Harto, sebagaimana ditulis Maliki.
Maliki, saat itu, hanya terdiam dengan perasaan malu.
Pada 3 Januari 2018, Paspampres tepat berusia 72 tahun.
Di usia yang tak lagi muda, segudang cerita menarik menyertai kerja Paspampres selama ini.
Nah, itulah cerita Paspampres era Presiden Soeharto.
Tugas dan peran Paspampres ternyata nggak hanya mengawal Presiden yang sedang menjabat, tetapi juga mantan kepala negara.