Sedangkan untuk tranfercase tetap menggunakan milik SJ410 yang notabene memiliki rasio yang sama dengan JA11.
Mesin K6 dipilih lantaran lebih memiliki tantangan dibandingkan mesin F6.
Mesin 3 silinder turbo ini mengadopsi teknologi DOHC dan walau antara F6 dan K6 sama-sama mampu menelorkan daya 64 hp (klaim pabrik) namun K6 jauh lebih efisien dalam pemakaian bahan bakar.
Salah satu kesulitan Agung adalah pada power steering yang seharusnya sudah menggunakan EPS(Electric Power Steering) namun ia belum berhasil.
Maka untuk sementara, Agung harus puas dengan power steering konvensional.
Girboks manual 5 percepatan bawaan K6 bolt on langsung dengan trasfercase milik SJ410 lokal.
Tidak ada perbedaan rasio antara t-case milik JA11 ataupun SJ410.
Kap mesin dilengkapi dengan air scoop bukan hanya sebagai penghias saja, namun benar-benar sudah berfungsi untuk mendinginkan intercooler.
Mencampur-campur sepertinya memang menjadi ciri modifikasi Jimny di Indonesia.
Seluruh interior dari Jimny yang satu ini bulat-bulat memboyong interior milik JB32, mulai dari dasbor hingga jok serta doortrimnya
Gardan dan per OEM milik JA11, hampir tidak ada perbedaan sistem suspensi SJ410 dengan JA11.
Sehingga letak braket dan ukurannya pun sama persis.
Bedanya hanya pada bahan yang bikin bantingan Cungkring lebih empuk.