Otomotifnet.com - Bahan bakar minyak (BBM) atau bensin oktan rendah ternyata risiko yang diakibatkan nggak murah seperti harga jualnya.
Bensin dengan oktan terendah di Indonesia jenis Premium memiliki RON atau oktan 88.
Seperti dijelaskan Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) bahwa bahan bakar minyak (BBM) dengan oktan rendah seperti Premium atau RON 88 bisa berisiko penyakit mematikan.
Direktur Eksekutif KPBB, Ahmad Safrudin, mengatakan bahwa jenis bensin dengan kadar oktan rendah itu sangat berbahaya untuk kesehatan.
"BBM oktan rendah bisa memicu berbagai penyakit, termasuk kanker,” ujar Ahmad Safrudin seperti dikutip dari Kontan.co.id, (7/3).
(BACA JUGA: Berlagak Nawar, Penipu Gasak Motor Sport, Matik Bekas Ditinggalin Jadi Bukti)
Ahmad Safrudin menjelaskan, BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna.
Ini terjadi, karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar hanya karena tekanan mesin, bukan karena percikan api dari busi.
Akibatnya, selain menjadikan mesin mengelitik (knocking), juga membuat banyak BBM terbuang dan menjadi emisi hidrokarbon, karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida melalui knalpot.
“Emisi hidrokarbon inilah yang memicu kanker,” tegasnya.
Bukan hanya kanker, berbagai penyakit lain yang tak kalah berbahaya, juga mengintai.
“Selain itu, karbon monoksida yang dihasilkan juga bersifat racun dan nitrogen dioksida memicu penyakit paru-paru,” ungkap Ahmad Safrudin.
(BACA JUGA: Ngeri, Mobil Kabur Usai Tabrak Motor Ibu-Ibu, Dikepung Warga, Ada Stiker Calya Sigra Clubnya)
Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali, pun menyebut BBM oktan rendah seperti Premium berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Imran, BBM oktan rendah akan mencemari lingkungan, yang pada ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan manusia.
“Mengganggu saluran pernafasan dan bila jalanan yang padat kendaraan akan berisiko menyebabkan gangguan pernafasan."
"Yang punya risiko asma bisa lebih memicu asma, sampai jangka panjang adalah kanker paru-paru,” jelas Imran.
Dalam kaitan itulah, Imran menilai positif, berkurangnya konsumsi Premium di masyarakat yang dibarengi dengan peningkatan BBM dengan oktan lebih tinggi seperti Pertalite dan Pertamax.
“Risiko pencemaran lingkungan yang hilirnya berdampak kesehatan manusia akan semakin rendah. Jadi memang lebih bagus kalau memang Premium berkurang,” ujar Imran.
Imran Agus Nurali menilai, berkurangnya konsumsi Premium tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang dibuat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
(BACA JUGA: Gak Pandang Merek Motornya, Cowok Ini Langsung Jadi Idaman Polwan)
Termasuk di antaranya Peraturan Menteri (Permen) LHK No. 20/Setjen/Kum.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O. Aturan tersebut, mengatur pemberlakuan teknologi Euro-4 di Indonesia.
Kementerian Kesehatan, lanjut Imran, sangat mendukung kebijakan tersebut.
“Kami selalu berkoordinasi, karena ujung-ujungnya memang berdampak pada kesehatan. Kemkes memang selalu berharap adanya lintas sektoral yang berwawasan kesehatan,” pungkasnya.
Masih mau isi BBM kendaraan dengan Premium RON 88?