Otomotifnet.com - Royal Enfield selama puluhan tahun menaklukkan pegunungan Himalaya.
Nah, pabrikan Inggris yang sekarang berpusat di India ini kemudian meracik motor bergenre dual purpose, Royal Enfield Himalayan.
Tentu saja, Anda pasti sudah pernah melihat motor ini ketika berselancar di dunia maya karena memang sudah dipasarkan sejak 2016 silam.
Di Indonesia sendiri, motor ini juga sudah dikenalkan pada 2016, namun baru resmi dijual pada 2018.
Agak lama memang karena ada update dari karburator jadi injeksi.
Dan kini, motor ini sudah resmi dijual dengan harga Rp 93 juta on the road Jakarta.
(BACA JUGA: Kumpulan Kawasaki W175, Bukti Kalau Motor Ini Gampang 'Ditekuk-Tekuk')
Lalu seperti apa impresi berkendaranya?
Kami menuju ke Malang, Jawa Timur untuk riding menuju Pegunungan Bromo.
Habitat yang tepat untuk menjajal semua yang dimiliki Royal Enfield Himalayan.
Dari Malang kami menuju Bromo dan menikmati pemandangan alam yang indah di Tumpang, Coban Pelangi, Jarak Ijo, Widodaren hingga lautan pasir sisi barat dan naik ke arah Wonokitri
Dan ternyata, seperti ini impresi berkendaranya.
(BACA JUGA: Sempat Jadi Omongan, Honda New CB150R Pakai Knalpot CBR250RR Ternyata Ada Versi AHM-nya)
Riding Position
Pertama melihat motor ini dalam posisi standar tengah, pasti mengira posisi duduknya tinggi. Apalagi tinggi jok 800 mm.
Tapi untungnya, suspensi cukup amblas kala diduduki, membuatnya ramah bagi rata-rata postur orang di Indonesia.
Bahkan rider dengan tinggi 165 cm pun masih nyaman karena enggak terlalu jinjit, buat biker yang tingginya lebih dari 170 mm dipastikan nyaman sekali.
Joknya lebar serta memiliki busa yang tebal dan empuk. Bukan cuma yang depan, juga sampai ke belakang.
Posisi pijakan kaki pengendara yang tidak membuat kaki menekuk, dan tak terlalu selonjor. Posisi kaki ini enggak cepat bikin pegal dan membuat riding position sigap.
Setangnya terbilang lebar, tapi sayangnya saat diraih terasa jauh, sehingga lengan pengendara jadi lurus.
Maklum motor ini dipasarkan di seluruh dunia, tentunya mengakomodir biker yang posturnya tinggi.
(BACA JUGA: Edan! Kirain Monumen Kawasaki Ninja, Ternyata Ulah Anak Muda, CBR250R Juga Kena)
Mesin Lebih Halus
Putar kunci kontak lalu tekan tombol starter. Anda yang punya pengalaman berkendara dengan motor-motor Royal Enfield pasti menemukan ada yang janggal.
Yup, mesin baru di motor ini lebih halus dari generasi sebelumnya, minim getaran meski secara suara mesin masih khas dapur pacu long stroke. Glek..glek..glek.. terdengar merdu.
Himalayan mengusung mesin baru yang diberi nama LS410. Spesifikasinya 411 cc, SOHC, air cooled, fuel injection dengan bore 78 mm dan stroke 86 mm.
Klaim tenaga maksimumnya 24,8 dk di 6.500 rpm dan torsi 32 mm pada 4.250 rpm.
Perbedaan mesin ini dari mesin Royal Enfield Classic atau Bullet adalah adanya balancer di kruk as untuk meminimalisir getaran.
Lalu push rod sudah digantikan keteng atau rantai mesin, ada juga oil jet yang terus menyemburkan oli ke piston dan sudah dilengkapi dengan oil cooler.
(BACA JUGA: Kayak Naik Moge, Yamaha R25 Pakai Sokbreker Depan Ohlins Tabung Kecil, Pelek Honda CB1300SF)
Karakter Long Stroke, Harus Sabar
Ini adalah bagian yang wajib Anda perhatikan saat menggeber motor-motor berkarakter long stroke, karakter yang mirip motor-motor lawas.
Khas mesin long stroke, melalui jalanan berbukit dan menanjak di sekitar Bromo bisa dengan mudah ditaklukan, karena punya torsi yang besar sejak putaran rendah.
Bahkan maksimumnya diraih hanya di 4.250 rpm dan limiter di 9.000 rpm saja.
Efek yang langsung bisa dirasakan, tidak butuh buka gas dalam untuk menaklukkan tanjakan.
Bahkan melewati tanjakan terjal dengan gigi dua atau tiga pun motor ini masih bisa merambat naik.
Menyalip kendaraan pun tidak khawatir perlu takut kehilangan momen. Rasanya seperti naik mobil diesel deh.
Tapi jangan berharap mesin akan merespon cepat ketika selongsong gas dibuka mendadak.
Aliran tenaga dan torsinya halus, merambat lambat karena putaran mesinnya rendah. Jadi harus sabar.
(BACA JUGA: Ninja ZX-10R Kejebak Balap Liar, Sekali Jambak, Kelar Semua)
Transmisi Cuma 5 Percepatan
Mesin ini dilengkapi transmisi 5 percepatan, perbandingan giginya panjang-panjang.
Bisa dirasakan tiap pindah gigi putaran mesin bisa turun 1.500 hingga 2.000 rpm, tapi tenang torsi besarnya membuat nafas mesin enggak kedodoran.
Karakter gigi yang panjang ini tentu saja menyenangkan saat cruising di trek yang panjang, enggak perlu sering-sering pindah gigi.
Konsumsi bensinnya juga diklaim lebih hemat.
"Di India, pengguna motor ini bisa mendapatkan 25 sampai 30 km/liter tergantung traffic," beber Anuj Dua, Head of Product Strategy, Royal Enfield.
Suspensi Ala Off Road Bike
Suspensi depan teleskopik berdiameter as 41 mm yang punya travel 200 mm, rasanya empuk banget!
Panjang travel ini mirip suspensi motor trail dual purpose, dan rasanya memang nyaman.
Jalan berlubang dan bebatuan dapat diredam dengan sempurna, pastinya tanpa gejala bottoming karena travel yang panjang.
Keuntungannya impact yang dirasakan di setang dapat diredam maksimal, sehingga laju mudah diarahkan dan tidak membuat lengan cepat lelah dan pegal.
Sedang suspensi belakang, monosok dengan linkage yang memiliki travel 180 mm.
Oiya, ini pertama kalinya Royal Enfield menggunakan suspensi tunggal.
(BACA JUGA: Mewah Juragan, Pajero Sport Gendong Ninja ZX-10R, Mainan Kelas Berat Nih)
Nah, di belakang ini yang justru punya karakter empuk dan amblas namun rebound lambat.
Sehingga saat dipakai menikung di jalan aspal area belakang tak terlalu goyang masih stabil.
Yang bikin enggak percaya diri menikung rebah justru bannya yang punya pattern kasar, kurang ngegrip di aspal tapi mumpuni di ajak masuk ke trek off road.
Rodanya, depan ring 21 inci dibalut ban Pirelli MT 60 90/90-21, untuk belakang pakai pelek ring 17 inci menggunakan ban tipe sama ukuran 120/90-17.
Berat Tapi Ringan
Berat motor ini 191 kg, hampir 200 kg berat? Tentu saja, saat roboh dan harus mendirikan motor, pasti berat.
Begitu juga ketika hendak memposisikan ke standar tengah, teras berat juga.
Meski begitu, tidak dengan handlingnya. Motor ini cukup ringan dan mudah diajak bermanuver.
Terutama saat berpindah jalur dari kanan ke kiri atau sebaliknya, ringan-ringan saja saat sudah diajak menikung.
Rangkanya, benar-benar baru, tipenya half-duplex split cradle yang karakternya cukup kaku.
Speedometer Retro Modern
Spidometer didominasi bentuk membulat dengan kombinasi analog dan digital.
Petunjuk kecepatan pakai model jarum, di bawahnya ada layar digital.
Layar digital ini menampilkan informasi gear indicator, side stand indicator, fuel trip, odometer, trip A & B, speed average A & B, temperature, dan digital clock.
Sisi kanan ada tachometer juga model jarum. Di bawahnya ada fuel meter dan paling beda dengan motor kebanyakan ada kompas digital, sehingga memudahkan mengetahui arah kala berkendara.
Ada juga deretan lampu seperti indicator battery, neutral, dan Malfunction Indicator Lamp (MIL) di bagian tengah.
(BACA JUGA: Test Ride New Kawasaki Ninja 650, Moge Yang Ramah Sama Pasar Indonesia)
Data Spesifikasi
P x L x T: 2.190 mm x 840 mm x 1.360 mm (Fly Screen Top)
Jarak sumbu roda: 1.465 mm
Jarak terendah ke tanah: 220 mm
Tinggi jok: 800 mm
Berat isi: 191 kg
Tipe mesin: Single Cylinder, 4 stroke, Air cooled, SOHC, Fuel Injection
Kapasitas mesin: 411 cc
Diameter x langkah: 78 mm x 86 mm
Perbandingan kompresi: 9,5:1
Tenaga maksimum: 24,8 dk/6.500 rpm
Torsi maksimum: 32 Nm/4.250 rpm
Kopling: Wet, multi-plate
Transmisi: 5 Speed Constant Mesh
Sistem pengabutan: Electronic fuel injection
Sokbreker depan: Telescopic, 41 mm forks, 200 mm travel
Sokbreker belakang: Monoshock with linkage, 180 mm wheel travel
Kapasitas tangki bensin: 15 +/- 0,5 liter
Ban depan: 90/90-21
Ban belakang: 120/90-17
Rem depan: 300 mm disc, 2-piston floating caliper
Rem belakang: 240 mm disc, single piston floating calliper
Electrical System: 12 volt - DC
Battery: 12 volt, 8 AH MF
Head lamp: 12V H4 60/55 W
Tail lamp: LED
Turn Signal Lamp 12V, 10W X 4nos