"Artinya kami tidak mengamini itu unit SIS atau siapapun istilahnya seperti itu," imbuhnya.
Harold menambahkan, terkait unit Jimny baru yang ada di pabrik, tidak melulu bahwa unit yang ada di sana itu diperuntukkan untuk dijual ke publik.
"Bisa saja kan untuk studi pasar, kalau di kami kan ada namanya fasilitas tear down yang merupakan fasilitas untuk meneliti kendaraan sampai ke level busi," papar Harold lagi.
"Terutama bagi kendaraan-kendaraan yang tidak diproduksi secara mandiri atau enggak CKD lah istilanya," sambungnya.
(Baca Juga : Harga All New Jimny Merebak, Masuk Indonesia Direntang Rp 300 Jutaan?)
"Entah itu dari Jepang, Maruti India atau entah dari mana itu posibility untuk di tear down memang ada, dan itu memang proses bisnis kami," lanjutnya.
"Jadi sebelum kami mengarah ke arah yang lebih lanjut itu harus melewati proses tersebut," tutur Harold.
"Kami lihat kondisi mobilnya apakah cocok dengan di Indonesia, hingga businya apakah ada potensi karat dengan iklim yang tropis," ungkap Harold.
"Karena kan iklim di Indonesia ini tropis, jadi musti di cek satu-satu," jelasnya.
Artinya enggak mesti Jimny tersebut bakal dijual ke publik.