Akibatnya, pembelian mobil oleh masyarakat juga mengalami peningkatan.
Situasi ini kemudian mendongkrak konsumsi BBM yang tadinya sekitar 1,4 juta barel per hari, diprediksi 10 tahun dari sekarang bisa mencapai 2,2 juta barel per hari.
“Saya pikir, nanti impor BBM Indonesia tidak lagi Rp 300 triliun per tahun, melainkan meningkat menjadi Rp 1.000 triliun per tahun. Ini bisa mengurangi pertumbuhan ekonomi,” jelas Darmawan.
Ia menambahkan, Presiden Jokowi telah mengantisipasi dan memberikan jalan keluar atas permasalahan itu dengan mengeluarkan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang kendaraan listrik.
(Baca Juga: Mitsubishi Jual 'Charger' Mobil Listrik Buat Di Rumah, Pakai Sinar Matahari)
Darmawan menjelaskan, apabila pakai mobil listrik sekelas Toyota Innova, untuk jarak 10 kilometer butuh 2 kWh yang harganya sekitar Rp 1.500 per kWh.
“Sementara kalau pakai mobil bensin, satu liter pertalite sekitar Rp 8.000-an. Jadi biaya pakai mobil listrik lebih murah,” urainya.
Perpres kendaraan listrik yang baru ini menurut Darmawan akan menekankan pemberian keringanan pajak hanya kepada kendaraan yang menggunakan baterai, bukan lagi fokus soal pengurangan emisi.
Artikel serupa dikutip dari Tribunnews.com dengan judul Impor BBM Sentuh Rp300 T, Mobil Listrik Diharapkan Jadi Solusi