Otomotifnet.com - Paolo Simoncelli jadi salah satu orang yang benar-benar ngerti perasaan keluarga Afridza Munandar yang meninggal karena crash di Sepang akhir pekan lalu.
Ayah dari Marco Simoncelli ini juga mengalami hal yang sama saat anaknya meninggal di Sepang juga pada MotoGP Malaysia, 8 tahun lalu.
Saat itu Marco Simoncelli juga baru berusia 24 tahun dan sedang dalam masa-masa jayanya.
"Aku bisa bicara sangat banyak soal Sepang tahun 2019 ini, contohnya, soal performa hebat Niccolo Antonelli naik banyak posisi padahal sedang menderita patah tulang selangka," kata Paolo Simoncelli dilansir dari Speedweek.com.
(Baca Juga: Miguel Oliveira Absen MotoGP Valencia, Penggantinya Rekan Setimnya Musim Depan)
"Atau juga kecelakaan Tatsuki Suzuki, yang crash karena Gabriel Rodrigo. Crash terjadi sangat tiba-tiba, seperti halnya insiden lainnya. Dan membuat hidup banyak orang berubah dalam 1 detik," jelasnya.
Menurut Paolo, Malaysia adalah tempat yang bisa dibilang tingkat spiritualnya tinggi, atau dengan kata lain angker.
"Suatu hari, aku pernah dikasih tahu seseorang yang spiritualnya tinggi, Malaysia adalah tempat paling spiritual di dunia. Artinya memang sangat dekat dengan kehidupan abadi," kata bos tim SIC58 SQUADRA CORSE Moto3 ini.
"Lalu kau mulai berpikir soal mengubah rute trek itu lebih baik, bahkan untuk salah 1 sirkuit terindah di dunia," tegas Paolo Simoncelli.
(Baca Juga: Jorge Lorenzo Didesak Bos Dorna Sports, Berhenti Balapan atau Lanjut?)