Otomotifnet.com - Aturan ganjil genap di Jakarta telah berlangsung lebih setahun.
Bahkan pada bulan September 2019 lalu kebijakan ini akhirnya diperluas.
Kebijakan ini juga diklaim Pemprov berhasil meningkatkan kecepatan berkendara.
Namun, tidak sedikit yang menilai kebijakan ini berdampak terhadap perkembangan ekonomi.
(Baca Juga: Tesla Model 3 Banyak Diincar, Pejabat dan Artis Peminatnya, Biar Lolos Ganjil Genap)
Terhadap hal ini Ketua Dewan Transpotasi Kota Jakarta, Iskandar Abubakar mengatakan kebijakan ganjil genap termasuk perluasannya bersifat sementara.
"Kebijakan jangka panjangnya, pemerintah DKI Jakarta sudah mempersiapkan sarana transportasi massal, MRT, TransJakarta, Jak Lingko," jelasnya.
Apalagi kini LRT yang dibangun pemerintah pusat juga akan selesai tidak lama lagi.
"Dengan sarana infrastruktur seperti ini pasti akan terjadi perubahan besar-besar terhadap pola bepergian warga Jakarta," jelasnya.
(Baca Juga: Perluasan Ganjil Genap Sukses Kurangi Kemacetan, Dishub : Volume Lalu Lintas Turun 25,24 %)
MRT saja yang awalnya diperkirakan mengangkut 60-70 ribu orang perhari, kini sudah 100 ribu perhari.
"Dengan penambahan koridor hingga ke Ancol nanti pastinya akan menambah jumlah penumpang yang akan naik," ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Dirjen Perhubungan Darat, Kemenhub.
Namun, yang jadi persoalan adalah dari titik transportasi massal ke lokasi tujuan perlu angkutan lain.
"Makanya, masih marak ojek online untuk mengantar dari stasiun misalnya ke kantor yang jaraknya bisa 1 km-an," jelas Iskandar.
(Baca Juga: Pasar Mobil Bekas Melonjak, Imbas Ganjil Genap, City Car Dan MPV Jadi Buruan)
Makanya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang menggenjot pembangunan infrastruktur, termasuk jalur yang nyaman untuk pesepeda dan pejalan kaki.
"Sehingga pada akhirnya, selain konsep transportasi massal yang baik juga didukung infrastruktur warga untuk berjalan menuju lokasi tujuan akhir dengan berjalan atau naik sepeda. Seperti yang terjadi di beberapa negara maju," tutupnya.