Mercedes-Benz 1974 Berjasa Menemukan Teknik Sosrobahu Jalan Layang, Ini Sejarahnya

Irsyaad Wijaya - Jumat, 31 Januari 2020 | 13:30 WIB

Ilustrasi Pembangunan jalan tol layang Jakarta Cikampek II menggunakan teknik Sosrobahu (Irsyaad Wijaya - )

Otomotifnet.com - Pembangunan jalan layang di Indonesia rata-rata memakai teknik 'Sosrobahu'.

Yakni konstruksi pemutaran lengan beton jalan layang hasil pengecoran yang bisa diputar hingga 90 derajat.

Kalau sejarah teknik Sosrobahu sudah pada tahu? Apalagi ada hubungannya dengan sebuah mobil Mercedes-Benz lansiran 1974.

Asal tahu saja, teknik Sosrobahu pada jalan layang ini ditemukan insinyur asli Indonesia bernama Ir. Tjokorda Raka Sukawati!

(Baca Juga: Ini Alasan Jalan Layang Non Tol Bukan Untuk Motor!)

Teknik ini awalnya digunakan saat pemerintah membangun tol Wiyoto Wiyono pada tahun 1987.

Sosrobahu ditemukan atas dasar tiang penyangga yang harus didirikan sebelum proses pengecoran, mengganggu arus lalu lintas, memakan waktu, dan berisiko tinggi.

Istimewa
Konstruksi Sosrobahu di pembangunan jalan layang

Di tengah kebingungannya, Ir. Tjokorda Raka Sukawati yang hobi mengutak-atik Mercedes-Benz tahun 1974 kesayangannya, secara tidak sengaja menemukan caranya.

Ketika bersiap memperbaiki mobil tersebut, bagian depan mobil kemudian diangkat dengan dongkrak sehingga menyisakan dua roda belakang yang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli.

Begitu disentuh, badan mobil berputar pada titik sumbu dongkrak sebagai penopang.

Rupanya, hal yang tidak disengaja ini menjadi inspirasi bagi Raka untuk melahirkan Sosrobahu.

Berbekal hukum fisika sederhana, yaitu hukum Pascal untuk mengangkat beban dan memutarnya, Raka langsung mendesain peralatan yang menurut perhitungannya dapat mengangkat beban berat.

Saat melakukan percobaan pertama, ia menuai kegagalan. Semua direksi datang menyaksikan saat pompa hidrolik dengan tekanan di atas 80 ton itu diputar.

(Baca Juga: Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II Meliuk-liuk, Pengamat: Aslinya Aman-aman Saja)

Namun, Raka tak putus asa dan mencobanya lagi dengan meminta bantuan beberapa koleganya dalam menyempurnakan temuannya.

Singkat cerita, Ia berhasil melakukan uji coba dan memberanikan diri menyampaikan keberhasilannya ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan sejumlah direksi.

Tanggal 27 Juli 1988 menjadi tanggal bersejarah bagi teknik Sosrobahu.

Tepat pukul 22:00 WIB, ratusan mata bersiap menyaksikan pemutaran lengan beton seberat 440 ton.

Raka lantas naik ke podium konstruksi. Saat berdoa, Ia mengaku, mendengar bisikan yang menyebut angka 78.

Raka lantas meminta tim untuk memulai proses pemutaran lengan beton.

Berdasarkan perhitungan awal, seharusnya lengan benton diperkirakan bergerak pada tekanan 105 kg/cm2.

Namun, Ia meminta agar tim menggerakkan hingga mencapai tekanan 78 kg/cm2.

(Baca Juga: Tol Layang Jakarta-Cikampek Baiknya Dihindari Bagi Pengemudi Jarak Jauh)

interaktif.kompas.id
Ir. Tjokorda Raka Sukawati

Ajaibnya, lengan beton itu akhirnya berputar tepat saat tekanan berada di angka 78.

Nama Sosrobahu didapat pada pemasangan tiang ke-85 tepatnya pada awal November 1989.

Presiden Soeharto ikut menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu Sosrobahu.

Nama itu diambil dari nama tokoh pewayangan Mahabharata. Sejak itu teknik konstruksi ini dikenal sebagai teknologi Sosrobahu.

Keberhasilan Raka rupanya dilirik banyak negara seperti Jepang, Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura banyak yang menggunakan teknik ini dan juga memberikan hak paten.

Bahkan, Korea Selatan disebut bersikeras ingin membeli hak patennya.

Jadi mungkin berkat ngoprek Mercedes-Benz kesayangannya itu, Raka menemukan teknik Sosrobahu.