Otomotifnet.com - Memilih bensin yang tepat untuk motor kita adalah keharusan, agar secara performa dan daya tahan mesin tetap terjaga.
Sangat tidak dianjurkan jika mesin berasio kompresi tinggi menggunakan bensin beroktan rendah, karena akan detonasi atau ngelitik, performa turun bahkan hingga mengalami kerusakan piston dan ruang bakar.
Lalu bagaimana jika sebaliknya, mesin berasio kompresi rendah pakai bensin beroktan tinggi?
“Emisi gas buang akan tinggi, bahan bakar akan lebih boros dan tidak terbakar sempurna, dan tenaga mesin berkurang,” terang Tri Yuswidjajanto, Ahli Motor Bakar dan Sistem Propulsi, ITB (Institut Teknologi Bandung).
Baca Juga: Yamaha NMAX Dijejali Piston Jupiter MX 63 mm dan ECU BRT, Power 16 Dk
Efeknya bahkan bisa sampai ke pelumasan mesin, “Kualitas pelumasan oli mesin bisa berkurang juga karena bensin yang tidak terbakar dapat masuk ke mesin melalui celah ring piston."
"Mungkin hanya satu atau dia titik saja, tapi kan putaran mesinnya tinggi bisa 6.000 rpm atau 100 titik perdetik akhirnya jadi banyak,” wanti Yus, sapaan akrab dosen ramah ini.
Istilahnya adalah fuel dilution, yang mana efeknya membuat kualitas oli menjadi turun karena jadi lebih encer, bau bensin dan warna tercemar bensin, sehingga fungsi pelumasan komponen mesin juga jadi berkurang, dalam jangka panjang bisa membuat komponen lekas aus.
“Kompresi rendah pakai RON tinggi juga akan membuat suhu mesin cenderung lebih panas. Jadi bisa dibilang percuma, sesuaikan kebutuhan saja,” sambung Freddy A Gautama, owner Ultra Speed Racing (USR).
Tapi apakah sangat tak dibolehkan mesin berasio kompresi rendah pakai bensin beroktan tinggi?
Ternyata mesin dengan perbandingan kompresi rendah tetap bisa menggunakan bahan bakar RON tinggi dan juga sebaliknya dengan aman, tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
“Misal Honda C70 kan kompresinya rendah 8,8:1 lalu diisi Pertamax Turbo, akhirnya malah ngempos, ini karena pembakaran total terjadi setelah TMA, pistonnya sudah turun."
"Mengatasinya bisa dengan memajukan timing pengapian,” jelas Yus.
Metode memajukan timing ignition ini bisa menjadi solusi ketika mesin kompresi rendah ingin menggunakan RON tinggi.
“Misal pakai RON 88 maju 5° sebelum TMA, lalu RON 90 maju 7°, kemudian RON 92 maju 9°, dan RON 98 maju 18°."
"Tapi ini hanya setting awal saja, karena semakin tinggi rpm timing pengapian bisa maju sampai 30°,” rincinya.
Namun beda cerita dengan motor masa kini, karena semakin majunya perkembangan teknologi, tidak sedikit motor besar yang sudah dibekali knocking sensor.
Tugasnya mendeteksi jika terjadi knocking yang salah satunya akibat RON terlalu rendah atau tidak sesuai dengan perbandingan kompresi.
Maka secara otomatis knocking sensor akan memberikan masukan pada ECU sehingga timing pengapian dimundurkan.
Contohnya yang pakai knocking sensor Honda GoldWing, ketika turing dan terpaksa pakai Premium, enggak dijumpai knocking, hanya saja pasti performa akan sedikit turun.
Penulis: Fariz