Fernando Alonso Juara Dunia F1 Bersama Renault, Sudut Mesin Kecil, Posisi Beda, Mampu Kalahkan Ferrari

Toncil - Kamis, 28 Mei 2020 | 20:00 WIB

Renault R25 pernah menjadi juara dunia konstruktor dan mengantar Fernando Alonso jadi juara dunia (Toncil - )

Otomotifnet.comFernando Alonso menjadi salah satu pembalap yang diperbincangkan untuk kembali ke F1 dan masuk tim Renault.

Diprediksi untuk mengisi satu kursi kosong yang ditinggalkan Daniel Ricciardo karena pindah ke tim McLaren untuk musim 2021 mendatang.

Alonso bersama Renault pernah mengecap tahun yang sangat baik pada 2005.

Ketika itu, duet Alonso dan Renault sama-sama meraih gelar juara dunia. Setelah bertarung sengit dengan Juan Pablo Montoya yang saat itu di tim McLaren.

Baca Juga: Tim F1 Renault Punya Satu Bangku Kosong, Untuk Alonso Atau Vettel

Menariknya juga, saat event di San Marino, Alonso mampu mengalahkan Michael Schumacher dengan selisih hanya 0,2 detik saja.

Saat tahun 2005 tersebut, tim Renault bekerja ekstra keras supaya bisa meraih banyak podium dan juga point.

Ketika itu, mobil berkode R25 tersebut memiliki paket mesin yang cukup sempurna. Disebutkan kalau mesin punya tenaga yang lebih baik dibanding mesin untuk musim kompetisi 2004.

Ubahan mesin paling terlihat dari sudut yang ada. Saat itu tim Renault membuat mesin V10 bersudut 72 derajat. Agak berbeda dengan tim lain yang memilih sudut 90 derajat.

Tim yang dipimpin oleh Rob White dan Project Management oleh Axel Plasse tersebut berhasil menciptakan mesin yang kompetitif.

Mesin tersebut punya centre of gravity yang lebih rendah, lebih kaku dan bobot lebih ringan. Punya tenaga 800 bhp di putaran mesin 19.000.

Jika dibandingkan mesin punya Mercedes, memang lebih rendah sedikit. Tapi racikan mesin tersebut membuat kapasitas tangki bisa lebih kecil. Jika McLaren membopong 106 kilogram, punya Renault hanya 98 kilogram.

“Secara angka memang hanya 8 kilogram, tapi bagi kami di F1 itu punya efek besar,” sebut Rob White.

Baca Juga: Mercedes Tidak Disarankan Mengontrak Sebastian Vettel, Ada Apa Nih?

Selain itu, penempatan mesin juga berbeda. Kebanyakan tim F1 saat itu menempatkan mesin sedekat mungkin ke kabin, tapi Renault justru sejauh mungkin, justru mendekati sumbu roda belakang.

Hal ini juga berlaku untuk penempatan gearbox. Casing yang menggunakan bahan titanium tersebut juga dibikin lebih berat.

Sehingga perpaduan antara mesin dan gearbox yang agak ke belakang membuat traksi bagian belakang sangat baik.

Saat 2005, kebanyakan tim ingin mencapai pembagian bobot depan belakang sebesar 47:53, namun Renault memilih 42:58.

Penampatan seperti ini yang membuat tim desain dan sasis juga bekerja ekstra keras.

F1.com
Renault R25 penutup mesinnya punya banyak sirip

“Kami harus merancang bagian belakang lebih kaku dengan perpaduan seperti itu. Untuk meraih dan mengejar tingkat kestabilan yang tinggi,” sebut Bob Bell, Pemimpin Tim Sasis.

Sementara itu, desain penutup mesin dan gearbox juga punya sirip-sirip yang banyak. Maksudnya untuk membuang hawa panas secepat mungkin