Otomotifnet.com - Suatu ketika, sejumlah peserta dragbike di Kemayoran, Jakpus protes keras terhadap panitia lomba.
Mereka pun menghampiri ketua penyelenggara, Helmy Sungkar dengan nada tinggi.
Dengan sikap tenang, sosok kebapakan tersebut menghadapi sekelompok peserta.
"Ada apa, sini, sini, sini...Yuk kita omongin sambil duduk di sini," ujarnya sambil memesan beberapa mangkuk bakmi ayam untuk mereka.
Tak berapa lama, suasana panas pun berubah damai seolah tak terjadi apa-apa.
Demikian secuil kenangan mengikuti kiprah Helmy Sungkar, promotor event otomotif dengan segudang pengalaman menghadapi masalah yang kelihatan pelik.
Belum lagi persoalan-persoalan yang merongrong terkait sponsorship dan perizinan, semua dihadapi dengan tenang dan selesai dengan baik.
Helmy Sungkar, sosok yang dicintai kalangan balap nasional hingga personel media ini pun berpulang hari ini 24 November 2020 dalam usia 68 tahun.
Mengenang kembali kehebatannya menggarap event puluhan tahun, kami membuka kembali lembaran lama, bagaimana ia memegang teguh kunci kesuksesan dalam menggarap event.
Sesuatu yang patut dimiliki para promotor masa kini.
1. Jangan pelit memberi informasi kepada calon peserta. Artinya orang mesti tahu dengan jelas, akan ada apa. Berikan informasi sejak jauh-jauh hari.
“Jadi ada orang spesial yang mengurus hal ini. Kalau dikasih ke pihak ketiga tapi ternyata mereka tidak menjiwai, akan kacau,” ujar Helmy seraya bilang kini lebih mudah karena ada internet.
2. Setiap event dibuat menjadi demamnya setiap calon peserta.
“Saya ceritakan eventnya seperti ini, kalau menang begini, fasilitasnya begini, itu kita kasih tahu semua. Akhirnya orang tahu apa yang dia mau ikuti dan orang tahu menyesalnya kayak apa kalau enggak ikut. Dan adalah cerita yang sebenarnya”.
3. Jadwal enggak boleh mundur. “Kalau tim sudah kontrak dengan perusahaan (sponsor), kasihan perusahaannya. Mereka sudah siap promosi. Belum kalau perusahaan sudah menjadwal pasang iklan. Jadi jadwal balap jangan sekali-sekali berubah”.
3. Usahakan adanya fasilitas peserta. “Soal angkutan, saya bicara ke perusahaan angkutan untuk memberi diskon besar. Dan saya enggak mau ambil diskon itu, saya kasih ke peserta"
"Hotel, saya enggak menaikkan harga kamarnya karena bukan bidang saya mencari keuntungan di situ. Makanya kita cari jalan supaya tidak mahal buat peserta”.
4. Libatkan pers dan media. “Informasikan dari jauh hari, jangan pelit hanya di ujung (pas event) saja. Sebelum event bikin jumpa pers, di situ ekspose mulai masuk”.
“Pernah ada sponsor bilang, (biaya akomodasi) pers di Jakarta murah karena orangnya kan di Jakarta, enggak menginap. Saya jawab kalau event di daerah biasanya ada 8 media lokal dan dari Jakarta 10 jadi 18 media"
"Tapi mau tahu ada berapa media yang datang ke event di Jakarta? Ada 46! Mau bilang murah bagaimana”.
5. Jalin hubungan kemanusiaan dengan calon peserta. “Jangan bilang, ah lu butuh gue. Tapi buka hati. Kita juga enggak tahu dia punya uang atau enggak. Anggap semua sama, punya kesempatan”.
“Makanya kenapa sprint rally bisa bertahan 14-15 tahun sukses, karena saya rangkul semua orang. Bahkan semua orang yang belum punya mobil reli sekalipun"
"Dulu pikap boleh kan, kenapa? Karena dia punyanya cuma itu. Jadi ikuti tren dan kondisi yang ada seperti apa”.
6. Bikinlah event yang bagus kemeriahannya. “Bukan apa-apa. Buat apa bikin event yang tidak memberi nilai tambah buat dia (sponsor). Saya juga pikir kan, dia bertanggung jawab sama perusahaan”.
“Jika janji A, B, C kalau perlu kasih A, B, C, D, E. Dia dapat bonus kan. Contoh sponsor utama boleh pasang 20 umbul-umbul. Saya bilang pasang 40. Memang rugi karena itu bayar pajak kan"
"Tapi saya pikir dia sponsor utama dia pasang 40 umbul-umbul. Sementara co-sponsor pasang 10, hanya empat kali lipat. Tapi uangnya, sponsor utama 10 kali”.
7. Urusan perizinan di daerah perlu persiapan. “Hampir semua event saya terbang sendiri seminggu sebelumnya. Kadang perizinan kita serahkan ke orang di daerah, mereka bilang beres, nyatanya belum selesai”.
Selamat jalan Om Helmy...