3. Usahakan adanya fasilitas peserta. “Soal angkutan, saya bicara ke perusahaan angkutan untuk memberi diskon besar. Dan saya enggak mau ambil diskon itu, saya kasih ke peserta"
"Hotel, saya enggak menaikkan harga kamarnya karena bukan bidang saya mencari keuntungan di situ. Makanya kita cari jalan supaya tidak mahal buat peserta”.
4. Libatkan pers dan media. “Informasikan dari jauh hari, jangan pelit hanya di ujung (pas event) saja. Sebelum event bikin jumpa pers, di situ ekspose mulai masuk”.
“Pernah ada sponsor bilang, (biaya akomodasi) pers di Jakarta murah karena orangnya kan di Jakarta, enggak menginap. Saya jawab kalau event di daerah biasanya ada 8 media lokal dan dari Jakarta 10 jadi 18 media"
"Tapi mau tahu ada berapa media yang datang ke event di Jakarta? Ada 46! Mau bilang murah bagaimana”.
5. Jalin hubungan kemanusiaan dengan calon peserta. “Jangan bilang, ah lu butuh gue. Tapi buka hati. Kita juga enggak tahu dia punya uang atau enggak. Anggap semua sama, punya kesempatan”.
“Makanya kenapa sprint rally bisa bertahan 14-15 tahun sukses, karena saya rangkul semua orang. Bahkan semua orang yang belum punya mobil reli sekalipun"
"Dulu pikap boleh kan, kenapa? Karena dia punyanya cuma itu. Jadi ikuti tren dan kondisi yang ada seperti apa”.
6. Bikinlah event yang bagus kemeriahannya. “Bukan apa-apa. Buat apa bikin event yang tidak memberi nilai tambah buat dia (sponsor). Saya juga pikir kan, dia bertanggung jawab sama perusahaan”.
“Jika janji A, B, C kalau perlu kasih A, B, C, D, E. Dia dapat bonus kan. Contoh sponsor utama boleh pasang 20 umbul-umbul. Saya bilang pasang 40. Memang rugi karena itu bayar pajak kan"
"Tapi saya pikir dia sponsor utama dia pasang 40 umbul-umbul. Sementara co-sponsor pasang 10, hanya empat kali lipat. Tapi uangnya, sponsor utama 10 kali”.
7. Urusan perizinan di daerah perlu persiapan. “Hampir semua event saya terbang sendiri seminggu sebelumnya. Kadang perizinan kita serahkan ke orang di daerah, mereka bilang beres, nyatanya belum selesai”.
Selamat jalan Om Helmy...