30 Tahun OTOMOTIF : Soleh Yusuf, Sigma Speed, Berawal Lembar Ijazah, Pionir Piggyback dan Dyno

Toncil - Selasa, 29 Juni 2021 | 14:00 WIB

Mendiang Soleh Yusuf sebagai pemilik bengkel Sigma Speed (Toncil - )

Otomotifnet.comSigma Speed merupakan bengkel yang sangat tersohor di segala kalangan. Terutama bagi mereka yang senang dengan modifikasi performa mobil.

Bengkel ini telah mengantarkan banyak pembalap senior dan masa kini meraih podium.

Pereli Chandra Alim, Andi Yachmon, Ledi Kurnadi bahkan Tommy Suharto pernah didampingi langsung. Tak terhitung juga yang dari ajang drag race dan turing.

M. Soleh Yusuf sebagai pemilik dan pendiri bengkel ini bukanlah pembalap, murni sebagai ‘mekanik’.

Baca Juga: Soleh Yusuf, Pelopor Piggyback dan Dyno di Indonesia Itu Telah Wafat

Kesuksesan ini berawal dari keberaniannya untuk merantau dari Palembang ke Jakarta hanya berbekal ijazah STM.

Akhirnya berbagai lamaran yang dikirim mendapat sambutan dari PT Indokaya, produsen mobil Datsun. Ketika itu, tahun 1972 Soleh ditempatkan jadi mekanik di bengkel.

Tidak berhenti sampai di situ, berkat kegigihannya karir juga meningkat terus. Bahkan bersama mendiang Alex Asmasoebrata sempat ke Australia untuk membuat mobil Datsun SSS. Untuk keperluan itu, dirinya sempat menetap sebulan di sana.

Sayangnya, kemudian perusahaan itu tutup. Ini juga jadi titik terang ayah 3 orang anak tersebut. Indra Wijaya (Boy), Feby Ariyani dan Imam Firdaus, ke-3 anak Soleh yang masing-masing pernah merasakan balap. 

 

Dengan bekal yang ada, Soleh mendirikan bengkel. “Saya menangani bengkel sendiri sejak 1981. Ketika itu, era tren mobil reli,” ucap Soleh dikutip dari Tabloid OTOMOTIF edisi 34:XXII tahun 2012.

Sebelum mendirikan bengkel, Soleh sudah terima order dan dikerjakan di rumah.

Saat itu mengerjakan mobil balap milik Chandra Alim, yang balap di Ancol. Sampai saat ini Chalim, panggilan Chandra Alim masih jadi konsumen setia Sigma Speed.

DOK OTOMOTIF
Soleh Yusuf merantau dari Palembang ke Jakarta, berbekal ijazah STM

Kembali ke bengkel. Pertama, berada di Slipi, Jakbar. Kemudian, bengkel kedua juga berada di daerah yang sama.

Di bengkel kedua ini, Sigma Speed cukup lama berdiam diri. Di bengkel ini juga berbagai mobil balap juara berhasil dilahirkan.

Sampai akhirnya pada 2004, bengkel Sigma Speed pindah ke daerah Kuningan, Jaksel.

Baca Juga: Kijang Innova Diesel Rawatan Mahasiswa, Remap Dipegang Sigma Speed, Torsi Naik 108 Nm

Kemudian pada 2008, kembali pindah ke Pancoran, Jaksel. Saat itu sebenarnya sudah ada lokasi bengkel di Jatibening, Bekasi.

“Di Jatibening, khusus untuk mobil-mobil balap. Dipertahankan di tengah kota, supaya konsumen dari semua kota bisa mudah menjangkau,” ucap Soleh ketika itu.

Sampai akhirnya pindah lagi ke Jatibening, Bekasi hingga saat ini.

Pada 1999 Soleh mulai bermain piggyback dan juga mesin dyno. Ini merupakan suatu gebrakan di otomotif Indonesia dan juga tuning Indonesia.

Baca Juga: Cukup 2 Alat, Tenaga Standar Innova Diesel dan Fortuner Diesel Naik 50 DK

“Waktu itu bareng gue juga masukkinnya. Saat itu lihat-lihat perkembangan otomotif semua serba kompuer. Kita butuh alat yang bisa tuning secara live dengan dyno roller,” sebut Indra Wijaya, anak tertuanya.

Boy, panggilannya menambahkan sebelumnya bengkel sudah punya dyno engine. Tapi agak sulit, karena harus melepas mesin untuk melakukan dyno.

Latar belakang memainkan piggyback, karena ketika itu Sigma Speed sudah mulai main chip komputer.

Baca Juga: Toyota Innova Diesel dan Fortuner Diesel, Tenaga Bisa 350 DK, Tetap Bisa Harian, Ini Rinciannya

“Agak sulit kalau enggak live tuning. Hasilnya juga kurang puas,” tambah Boy yang juga seorang drag racer.

Bicara mengenai dyno, milik Sigma Speed seakan tidak pernah berhenti berputar.

Dok OTOMOTIF
Soleh Yusuf (kanan) kerap menemani langsung ke ajang reli kala itu

Otomotifnet masih ingat, pernah janjian akan dyno di bengkel saat di Kuningan, Jaksel. Oleh Soleh, diminta datang sebelum jam 10 pagi. Karena jam 10 sudah ada janji dengan konsumen dari Lampung.

Saat janjian di Pancoran, justru diminta malam hari. Ketika semua jadwal dyno sudah mulai kosong.

Berkaitan dengan piggyback Dastek Unichip, ternyata Soleh punya hubungan khusus dengan perusahaan asal Afrika Selatan tersebut.

“Beberapa barang bokap yang usulkan untuk dibuat oleh mereka. Akhirnya memang dibuatkan, karena permintaan dari Indonesia cukup banyak,” tambah Imam Firdaus, anak ke-3 Soleh.

toncil/Otomotifnet
Ada nama Soleh tertera di piggyback bikinan Afrika Selatan

“Untuk yang X+ juga bokap kasih banyak masukkan. Supaya fiturnya lebih lengkap dan bisa dipakai untuk mesin diesel dan bensin,” jelas Imam lagi.

Soleh juga telah memperhitungkan mesin-mesin diesel. Sebab itu sejak bengkel pindah ke Kuningan, ada yang pegang mesin diesel dan bensin.

Selain itu, bengkel ini juga identik dengan nomor 33. Awalnya itu merupakan nomor bengkel kedua yang ada di Slipi.

Dok OTOMOTIF
Soleh Yusuf sudah membagi tuning mesin diesel dan bensin

Kemudian dipakai sebagai nomor Chalim ketika balap. Ternyata menang terus.

Akhirnya, diteruskan pakai nomor 33. Setiap pindah bengkel, selalu nomor 33. Bahkan yang di Jatibening sekalipun.

Di balik sepak terjang Sigma Speed, Tabloid OTOMOTIF juga ikut mengikuti kiprahnya.

“Tabloid OTOMOTIF punya pengaruh yang besar ke kita. Setelah muncul di OTOMOTIF, banyak konsumen datang dan kontak kita,” ungkap Boy.

toncil/Otomotifnet
Indra Wijaya (Boy, kiri) dan Imam Firdaus. Generasi penerus Sigma Speed. Anak pertama dan anak ketiga.

Sepeninggal Soleh Yusuf, bengkel Sigma Speed diteruskan oleh Boy dan Imam.

“Ke depannya kita masih seperti ini. Dyno dan tuning, racing support balap dan service,” kompak keduanya.