30 Tahun OTOMOTIF: Hendriansyah, Si Kuncung Sang Dewa Road Race

Antonius Yuliyanto - Jumat, 9 Juli 2021 | 19:00 WIB

Hendriansyah, sang dewa road race nasional (Antonius Yuliyanto - )

Otomotifnet.com – Membahas dunia balap motor tanah air 30 tahun terakhir seperti usia OTOMOTIF, tentu wajib banget membahas kiprah sang dewa road race, Hendriansyah.

Pembalap yang punya nomor start keramat 76 ini pun sampai sekarang tetap eksis konsisten di dunia road race, persis dengan tagline OTOMOTIF di tahun ke-30, Tetap Eksis.

Bagaimana sih kiprah Hendriansyah dan apa kegiatannya saat ini?

Dari Motocross

Kiprah Hendri, begitu sapaannya, di dunia balap ternyata diawali dari arena balap motocross pada tahun 1993, karena mengikuti jejak sang kakak, Irwan Ardiansyah.

Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF: Ahmad Jayadi, Juara Nasional yang Kini Punya 3 Bengkel

Dok OTOMOTIF
Hendriansyah saat muda, dengan rambut belah tengah khas 90-an

“Awal balap itu tahun 1993, itu motocross kelas 85 cc, SE 85, itu usia 12 tahun saya SD kelas 5,” sebut Hendri saat dihubungi lewat sambungan telepon Minggu kemarin (4/7/2021).

“Motornya pakai Kawasaki KX85. Waktu itu ikut supporting class. Motocross sampai 1995 kelas 125 senior,” lanjut suami Reni Puspita ini.

Nah baru kemudian di tahun 1996 pembalap kelahiran Yogyakarta 20 Agustus 1981 ini memulai karir di balap aspal.

“Tahun 1996 mencoba road race, masih kelas pemula, waktu itu pertama bawa Suzuki Tornado sama Shogun,” ungkap Hendri yang sekarang berusia 40 tahun.

 

Tahun 1997 Hendri juga masih di kelas pemula, tetap ngegas Suzuki namun ketambahan motor batangan 150 cc, RG-R.

Dan di tahun 1997 ini Hendri berhasil meraih gelar juara nasional kelas pemula. Yang merupakan gelar pertama dari sekian banyak yang dikoleksi sepanjang karirnya.

Setelah juara nasional, di 1998 Hendri naik kelas Seeded B sekaligus direkrut oleh tim pabrikan Yamaha Indonesia.

“1998 masuk Seeded B dan pindah ke Yamaha Indonesia pakai motor Daytona, dan kembali juara nasional,” jelas Hendri yang kala itu satu tim dengan Ahmad Jayadi.

Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF : Asep Hendro, Dari Dagang Knalpot Keliling Hingga Go Internasional

Dok OTOMOTIF
Hendriansyah saat memperkuat tim Yamaha Indonesia

Bahkan juara nasional 2 kelas sekaligus, yaitu Seeded B Underbone 110 cc dan Sport Tune Up 150 cc Seeded A.

Pada 1999 Hendri naik kelas ke Seeded A dan masih bersama Yamaha Indonesia, pria yang juga punya julukan kuncung ini kembali mengukir gelar juara nasional Underbone 110 cc dan peringkat III Sport Tune Up 150 cc Seeded A.

Setelah itu, di tahun 2000 Hendri memilih keluar dari tim pabrikan Yamaha Indonesia, karena lebih memilih pinangan dari tim Inter Biru CMS milik Koh Apeng alias Edwin Bongso.

Kepindahan ini ternyata didasari dengan beberapa pertimbangan, ”Posisi di tim Yamaha Indonesia memang orang memandang pabrikan, tapi saya waktu itu ditawari sama CMS, Koh Apeng, dengan ada nilai kontrak (yang lebih besar), motornya saya lihat juga lebih kompetitif, juga diajak main Asia, jadi programnya lebih menarik CMS waktu itu (dibanding Yamaha Indonesia),” papar putra ketiga Sudirman Bawarie ini.

Dok OTOMOTIF
Inter Biru CMS, salah satu tim yang juga pernah diperkuat Hendriansyah

Dan meskipun bukan lagi di tim pabrikan, berbekal Yamaha F1-ZR yang disiapkan CMS, Hendriansyah kembali memegang gelar juara nasional underbone 110 cc di tahun 2000.

F1Z-R CMS ini begitu tenar di masanya, baik livery maupun racing part yang digunakan, termasuk model knalpot kalajengking yang dipakai.

Kemudian langkah lebih berani kembali ditempuh Hendri di tahun berikutnya. Setelah bertahun-tahun ngegas motor berlambang tiga garputala, tiba-tiba saja di 2001 balik ke Suzuki!

Penyebabnya ternyata juga menarik, utamanya karena dapat support untuk bikin tim sendiri.

Dok OTOMOTIF
Hendriansyah di 2001 pindah ke Suzuki

Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF: Koh Apeng CMS, Tetap Eksis Dengan Label Baru

“Jadi gini, pindah Suzuki itu dapat support untuk bikin tim, kemudian dari orang tua juga lebih tertarik untuk bikin tim sendiri daripada ikut orang,” paparnya.

“Nah kalau untuk kontrak rider, otomatis saya dikontrak orang tua, kan manajemen orang tua, saya sebagai racer,” lanjut Hendri yang kala itu ngegas Suzuki RG Sport alias Satria bermesin 110 cc asal Malaysia.

Berpartner dengan Suzuki menurut Hendri jadi salah satu yang paling lama di karir balapnya, karena berlangsung sampai 2007.

Karir Hendri di dunia road race pun berlanjut hingga 2017. Tentu tak hanya underbone, bahkan juga Kejurnas Supersport 600 cc.

Dok OTOMOTIF
Hendriansyah pada 2002 masih naik Suzuki dengan support Pennzoil

Dan sejak 1996, Hendri berhasil mengoleksi gelar juara nasional sebanyak 10 kali, tak heran jika punya julukan dewa road race tanah air.

“Terakhir Indoprix kelas 125 cc, kalau enggak salah di 2016 atau 2017 di Binuang,” tutur pembalap yang saat masih ngegas underbone 2 tak punya ciri khas selalu wheelie tiap menyentuh garis finish.

Oiya selain berkiprah di balap nasional, Hendri juga pernah ikut kejuaraan internasional seperti Asia (ARRC) kelas supersport 600 cc, malah di 2001-2003 dikontrak tim luar, Cina-Macau Zongshen Racing Team naik Yamaha R6 dan beberapa kali meraih podium.

Baca Juga: Vespa LX Jadi Besutan Drag Race, Mesin 225 Cc, Best Time 8,289 Detik!

Dok OTOMOTIF
Hendriansyah pernah dikontrak tim Cina-Macau Zongshen Racing Team untuk turun di ARRC

Mendidik Anak

Kini, setelah pensiun dari balap, Hendriansyah punya beberapa kesibukan yang tentunya tak jauh dari dunia road race.

Salah satunya mengurus speed shop dan berbagai racing product yang telah dikembangkan sejak masih aktif balap.

“Ada juga sekolah mekanik, sekolah balap, dan tentu utamanya produk HRP (Hendriansyah Racing Product),” terangnya.

Produk HRP yang paling laris menurutnya ada footstep, knalpot, standar paddock, sarung tangan sampai sliding pad.

Kesibukan lain tentu menyalurkan hobi yang digelutinya sejak muda, yaitu main burung merpati!

Dok OTOMOTIF
Salah satu ciri khas Hendriansyah zaman dulu, wheelie tiap melintas garis finish

“Main burung masih, tapi sekarang merpati pos, lomba jarak jauh,” jelasnya sambil terkekeh.

Dan yang paling utama kesibukannya saat ini tentu saja mendidik sang anak ketiga, Nelson Cairoli untuk meneruskan kiprahnya di dunia balap.

“Progres Cairoli menurut saya bagus, dari bulan ke bulan ada progres, cuma masih kendala di jam terbang balap. Kondisi gini mau balapan susah, latihan juga susah,” pasrah Hendri yang tinggal di Jl. Minggiran No. 78 Yogyakarta.

Selain Cairoli, anak keempat Navaro Danileo juga disiapkan untuk mengikuti jejak sang dewa, hanya saja saat ini usianya baru 4 tahun, makanya belum getol.

Baca Juga: Yamaha F1ZR Niat Diboyong, Utamakan Cek Rangka Dan Arm-nya, Bodi Terakhir

instagram.com/lenka_minigp_indonesia
Nelson Carioli anak Hendriansyah sudah diarahkan untuk turun road race

Sementara anak pertama dan kedua, Nadaslabia dan Nadine Naurita karena perempuan makanya jauh-jauh dari dunia road race.

Nomor 76

Selain nomor 1 atau 2 setiap habis meraih gelar juara atau runner up nasional di tahun sebelumnya, Hendri selalu menggunakan nomor start 76 di motornya. Pasti penasaran dong dari mana nomor itu!

Ternyata beda dengan pembalap lain yang biasanya nomor start diambil dari tanggal atau nomor penting, beda dengan Hendri.

“Nomor 76 gak ada nomor spesial, angka 76 itu selintas saja. Karena dari dulu saya pun pakai 76, dari motocross dulu sudah 76,” papar pemilik Hendriansyah Speed Shop yang berada di J. Parangtritis, Km. 4, 5, Sewon, Bantul, Druwo, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

 

OTOMOTIF yang Selalu Dinanti

Sejak awal karirnya, Hendriansyah tak bisa lepas dari peran OTOMOTIF yang turut melakukan pemberitaan kiprah balapnya.

Makanya hingga sekarang pun tak pernah lupa. “Selalu ingat, di era itu kan tabloid menjadi sumber berita utama, jadi waktu itu yang terkesan setiap hari Kamis selalu menanti-nanti beritanya. Jadi ya OTOMOTIF selalu ditunggu-tunggu tiap Kamis,” pungkasnya.