Selesai Akhir 2021, GAIKINDO Senang Kalau Insentif PPnBM Diperpanjang Lagi Tahun Depan

Naufal Shafly,Ferdian - Rabu, 13 Oktober 2021 | 21:40 WIB

Suasana booth Suzuki di GIIAS 2019. (Naufal Shafly,Ferdian - )

Otomotifnet.com - Insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) 100 persen dari pemerintah bakal berakhir di akhir 2021 nanti.

Diskon pajak ini bisa disebut sebagai penyelamat industri otomotif Tanah Air yang sempat merosot tajam akibat pandemi Covid-19.

Dengan berakhirnya insentif PPnBM 100 persen di akhir tahun nanti, apakah Asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) akan mengajukan perpanjangan untuk tahun depan?

Kukuh Kumara, Sekertaris Umum GAIKINDO mengungkapkan, pihaknya akan sangat senang jika pemerintah kembali memperpanjang insentif PPnBM 100 persen di tahun depan.

"Ini saya rasa pemerintah sudah tau kan dampaknya seperti apa, kajiannya juga sudah diserahkan, kami sih bersyukur aja kalau memang itu (insentif PPnBM) kembali diberlakukan," ucap Kukuh dalam acara Ngovi GridOto.com (12/10/2021).

Pria yang gemar melakukan olahraga air ini menambahkan, insentif PPnBM 100 persen memang terbukti mampu menggairahkan pasar otomotif Tanah Air.

Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lain yang menerapkan kebijakan serupa.

Baca Juga: Gaikindo Tegaskan Everybody Happy, Diskon PPnBM Diperpanjang Lagi

"Tahun lalu sebelum kita memberlakukan, itu negara lain sudah memberlakukannya terlebih dulu, contohnya Malaysia," ucap Kukuh lagi.

"Sehingga Malaysia lebih cepat bangkit industri otomotifnya. Nah kita yang istilahnya memberlakukan belakangan masih bisa berjalan sampai saat ini," tambah pria yang sempat melakukan studi di Amerika Serikat ini.

Kukuh juga mengatakan, insentif PPnBM 100 persen membuat operasional pabrik berjalan lebih baik di masa pandemi Covid-19.

Karena secara penjualan, seluruh model yang mendapatkan insentif PPnBM 100 persen meraih peningkatan penjualan yang relatif tinggi.

"Lebih jauh lagi adalah, produksi tetap berjalan sambil menetapkan protokol kesehatan yang ketat. Ini juga masukan dari rekan-rekan anggota GAIKINDO," tutur Kukuh.

"Mereka bilang, kalau produksi berjalan dengan baik, mereka justru bisa lebih mengontrol karyawannya. Sedangkan jika karyawannya WFH, mereka justru akan sulit mengontrolnya," tandasnya.