Padahal, menurut Wahono yang wajib diperhatikan dari perawatan transmisi otomatis adalah pada olinya.
“Bila kinerja oli transmisi sampai menurun drastis karena kelamaan tidak diganti, tentu akan berisko merusak transmisinya,” yakinnya.
Nah, ciri-ciri bila transmisi matiknya mulai bermasalah, kata Wahono, biasanya mobil tidak mampu atau tidak kuat diajak menanjak, terutama di tanjakan dengan kemiringan yang cukup curam.
“Meski tuas transmisi sudah digeser ke posisi 1 atau L dan pedal gas ditekan full, tetap saja mobil tidak akan mampu diajak mendaki,” imbuhnya lagi.
Selain itu, pemakaian yang terlalu lama pada kondisi berat tadi juga bisa membuat oli jadi ‘basi’ (kemampuannya menurun drastis), dan volumenya banyak berkurang.
Tanda-tandanya ketika berdampak pada kinerja transmisi, yakni transmisi suka ‘ngelos’ yang ditandai tarikan mobil kerap tersendat sesaat pada tarikan awal.
“Gejala lainnya yang kemungkinan terjadi adalah perpindahan gigi yang sulit,” ujar Wahono lagi.
Nah, jika pemilik mobil mendapati gejala-gejala seperti tadi, sebaiknya segera lakukan pengurasan dan penggantian oli transmisinya deh untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.
“Kalau ingin transmisi matiknya awet, sebaiknya penggantian olinya dilakukan setiap 100 ribu km, atau 4 - 5 tahun sekali,” sarannya.
Namun bila mobil sempat terendam banjir, oli matiknya wajib segera diganti untuk menghindari kerusakan yang bisa merembet pada komponen lain, meski belum mencapai jarak atau usia pemakaian tadi.