Otomotifnet.com - PT Pertamina (Persero) memastikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite tidak naik di tengah melonjaknya minyak mentah akibat konflik Rusia-Ukraina.
Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang saat ini banyak menggunakan Pertalite.
Menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata, risiko global mengalami eskalasi akibat konflik Rusia-Ukraina.
Hal tersebut mempengaruhi kenaikan harga yang tinggi atas komoditas energi, baik itu minyak mentah, batu bara, hingga gas.
"Peningkatan harga minyak mentah dunia tentunya berdampak terhadap APBN," ujar Isa di Jakarta dalam keterangan yang diterima (9/3/2022).
Secara keseluruhan, jelasnya, kenaikan harga komoditas termasuk Indonesian Crude Price (ICP), memang berdampak positif terhadap pendapatan negara, terutama PNBP.
Meski demikian, kenaikan harga komoditas juga berdampak terhadap belanja negara.
"Terutama subsidi energi yang menjadikan ICP menjadi salah satu parameter utama dalam perhitungannya," katanya.
Pemerintah sendiri akan terus memantau pergerakan harga minyak dunia dan mengukur dampaknya terhadap APBN.
Caranya dengan mengambil kebijakan yang diperlukan secara menyeluruh dengan melihat dari sisi potensi penerimaan negara, beban terhadap belanja negara serta konsekuensi terhadap pembiayaan anggaran.
"Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang saat ini baru pulih dari dampak Pandemi Covid-19," jelas Isa.
Mendukung upaya stabilitas perekonomian nasional, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman menjelaskan bahwa Pertamina sebagai BUMN yang berperan dalam mengelola energi nasional juga sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM.
"Kami sepenuhnya mendukung kebijakan Pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional," tutur Fajriyah.
Sehingga, lanjutnya, meski harga minyak dunia menembus 130 dolar Amerika Serikat per barel, Pertamina terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memutuskan harga Pertalite akan tetap di harga jual Rp 7.650 per liter.
Menurutnya harga tersebut tidak berubah sejak tiga tahun terakhir dan saat ini porsi konsumsi Pertalite adalah yang terbesar atau sekitar 50 persen dari total konsumsi BBM Nasional.
Untuk itu Pemerintah terus melakukan pembahasan untuk skenario kompensasi Pertalite agar stabilisasi harga Pertalite dapat terjaga.
Lebih lanjut, guna mengurangi tekanan lonjakan harga minyak mentah dunia terhadap peningkatan biaya penyediaan BBM, Pertamina terus melakukan berbagai efisiensi di segala lini, termasuk menekan biaya produksi BBM dalam negeri.
Di antaranya dengan memaksimalkan penggunaan minyak mentah domestik dan mengoptimalkan penggunaan gas alam untuk penghematan biaya energi.
Pararel pun dilakukan peningkatan produksi kilang untuk produk yang bernilai tinggi.
Di samping itu, penyesuaian harga produk juga dilakukan secara selektif, hanya untuk BBM Non Subsidi tertentu seperti Pertamax Series maupun Dex Series yang porsi konsumsinya hanya sekitar 15 persen dari total konsumsi BBM Nasional.
Jenis BBM ini pun sebagian besar dikonsumsi oleh kalangan konsumen mampu, pemilik kendaraan pribadi jenis menengah ke atas.
Ke depannya, harga produk BBM ini akan terus disesuaikan secara rutin mengikuti harga pasar sesuai ketentuan pada Peraturan Menteri ESDM No. 62 tahun 2017.
Fajriyah pun mengungkapkan kalau Pertamina sangat berhati-hati dalam menetapkan harga.
"Namun kami yakin segmen konsumen ini telah merasakan manfaat BBM berkualitas yang lebih hemat dan lebih baik untuk perawatan mesin kendaraan, sehingga dapat menerima harga yang selama ini tetap sangat kompetitif dibandingkan produk yang sejenis lainnya," tandasnya.
Baca Juga: Pemilik Mobil Sahabat Pom Bensin Nangis, Harga Tiga BBM Pertamina Naik Per Maret 2022