"Di Honda dan Ducati, aku mencoba mengatur bahwa tim itu adalah milikku, aku pemilik tim bukannya direktur atau manajer atau nama apapun yang mereka pakai menggambarkanku," ungkap Suppo.
"Kau tak boleh berteman baik dengan pembalap. Kupikir sebagai manajer kau harus mencari keseimbangan antara hubungan bagus dan persahabatan. Karena cepat atau lambat, pabrikan akan membuat perubahan dan persahabatan membuatnya semakin sulit," jelasnya.
Selama pengalamannya menangani Casey Stoner di Ducati ataupun Honda, Livio Suppo merasa harus tetap menjaga jarak.
Begitu pula saat menangani Marc Marquez sebelum kursi bos tim Repsol Honda dilepas ke Puig pada akhir 2017 silam.
"Jika aku masih di Honda, aku akan melakukan apapun untuk menghalangi Marc Marquez kembali ke Jerez sepekan setelah insidennya," sambungnya.
"Ketika kudengar dia kembali, kupikir itu keputusan gila. Aku akan bilang kesehatannya adalah yang utama. Jadi dari luar sulit memahami kenapa mereka membiarkannya kembali balapan," jelasnya.
Baca Juga: MotoGP Lagi Libur, Johann Zarco Bukan Liburan Malah Penuh Aktivitas, Gak Ada Capeknya