Kendaraan Listrik Minim Pakai Bearing, SKF Waspada, Siapkan Strategi Ini

Harryt MR - Selasa, 16 Agustus 2022 | 20:05 WIB

SKF Indonesia telah memiliki tim engineering khusus untuk pengembangan bearing untuk kendaraan listrik (Harryt MR - )

Lebih lanjut, secara penjualan. Produk SKF Indonesia mayoritas terserap terserap di pasar domestik untuk kebutuhan OEM (Original Equipment Manufactured) dan komponen replacement.

“90 persen domestik, sisanya ekspor ke Asean, China dan India. Kami optimis SKF Indonesia bisa meningkatkan ekspor,” sambungnya lagi.

Pada GIIAS 2022, SKF Indonesia mengangkat tema Intelligent and Clean.

Hal ini direpresentasikan melalui inovasi komponen kendaraan dengan desain yang kompak, durabilitas tinggi, presisi, serta bobot yang ringan.

Sehingga menciptakan efek berlanjut pada efisiensi mesin, kendaraan yang lebih ringan dan mengurangi emisi CO2.

“Pada kesempatan ini Anda dapat menemukan rangkaian produk inovatif kami. Kami sebagai perusahaan global yang memiliki keahlian tinggi dalam komponen kendaraan khususnya bearing,”

“Senantiasa berinovasi menghadirkan jawaban dan solusi cerdas, bersih dan berkelanjutan untuk industri otomotif Indonesia.

“Kami juga telah mengembangkan komponen untuk kendaraan hybrid dan electric sebagai jawaban industri otomotif di masa depan,” sambung Toto.

Potensi pasar komponen, khususnya bearing masih sangat besar di masa mendatang.

Tahun ini, industri otomotif tanah air terus bergerak bangkit dari dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Mitsubishi Fuso Bawa Truk Listrik, Sekaligus Euro 4 Upgrade Runner di GIIAS 2022

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), pertumbuhan year-on-year (YoY) penjualan kendaraan secara wholesale meningkat sebesar 66% untuk kendaraan roda empat, dan 38% untuk kendaraan roda dua. 

Seiring peningkatan tersebut, rantai pasok komponen kendaraan menjadi tantangan yang akan dihadapi dalam beberapa tahun kedepan.

Disisi lain, Kementerian Perindustrian menilai industri otomotif memiliki kontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan.

Sejalan dengan hal tersebut, saat ini pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk menekan angka karbon emisi sebesar 29% secara mandiri, dan 41% dengan bantuan internasional di tahun 2030.