Pemerintah Dinilai Enggak Punya Pilihan Soal BBM, Opsinya Cuma Ini

Ferdian - Selasa, 30 Agustus 2022 | 16:40 WIB

Ilustrasi SPBU Pertamina (Ferdian - )

Otomotifnet.com - Pemerintah dinilai cukup berat untuk kembali mengeluarkan tambahan subsidi dengan menambah kuota BBM subsidi.

Hal ini disampaikan oleh Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi.

Oleh karena itu, ia menilai ada dua opsi yang bakal jadi pilihan pemerintah saat ini yaitu menaikkan harga BBM subsidi atau dengan melakukan pembatasan konsumsi BBM subsidi.

“Sepertinya pemerintah enggak punya pilihan lagi, karena untuk menambah subsidi adalah hal yang mustahil. Maka pilihannya, menaikkan harga BBM subsidi atau melalui pembatasan konsumsi BBM bersubsidi,” kata Fahmy saat dihubungi (30/8/2022).

Fahmy mengatakan, jika pemerintah memilih untuk menaikkan harga BBM subsidi, misalnya Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dan Solar menjadi Rp 8.500 per liter, maka seluruh lapisan masyarakat akan terdampak.

“Kalau itu yang dipilih, maka dampaknya akan terkena kepda semua lapisan hingga orang miskin sekalipun akan terkena dampak itu. Saya menghitung, inflasinya akan 7,6 persen, ini orang miskin yang tidak pernah dapat subsidi BBM karena enggak punya motor pun akan terdampak,” ujar Fahmy.

Sementara itu, menurutnya jika pilihan pemerintah melalui pembatasan konsumsi, maka pembatasan harus tepat sasaran.

Hal itu mengingat 70 persen pertalite dikonsumsi oleh masyarakat yang mampu, sementara 80 persen solar dikonsumsi oleh industri besar.

“Penerapannya akan lebih mudah jika dalam revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 ditambahkan saja bahwa pertalite dan solar hanya untuk sepeda motor dan angkutan umum. Di luar itu dipaksa harus pindah ke Pertamax. Dengan begitu, dampak inflasinya bisa dilokalisir, tidak sedasyat jika harga BBM subsidi dinaikkan,” katanya.

Dalam kondisi saat ini, ia berharap agar Presiden Joko Widodo bisa segera mengambil langkah bijak untuk mengumumkan kebijakan yang tepat.