Tapi tidak boleh kebablasan. Harus ukur ketinggian lubang bleeding.
“Mengebor hanya beberapa mm saja. Jika sudah tembus ke jalur bleeding pasti kerasa,” ujarnya.
Oiya sebelum mengebor, harus melepas semua seal, karena nanti banyak gram-gram metal.
Setelah mengebor pun wajib dicuci, dikeringin dan dipasang kembali sealnya.
Meski terkesan ribet, menurut Candra cara ini termasuk low budget untuk aktivasi 3 piston, karena tidak perlu beli slang jumper tambahan.
Selain itu kelihatan lebih rapi tanpa kebanyakan slang.
Karena antarruangan piston sudah menyatu, tekanan brake fluid dari master rem bisa mendorong 3 piston sekaligus.
Soal slang rem yang digunakan, menurut Candra terserah mau memasang slang ke banjo atas atau tengah, karena pressurenya sama saja.
Yang harus dilakukan yaitu menutup salah satu lubang baut banjo.
Dalam pekerjaan ini, Candra menggunakan lubang bagian atas, sehingga lubang tengah ditutup.
“Karena saya pakai slang satu, baut banjonya yang piston tengah dimampetin, disumbat pakai baut. Terserah baut apa saja yang penting panjangnya sebaut banjo dan drat halus,” ujarnya.
Karena kebetulan ia ada baut banjo yang ada nipple bleedingnya, Candra menggunakan baut tersebut untuk menutup lubang tengah (Gbr. 6).
Sebagai catatan, proses bleedingnya harus dua ruangan, karena beda ruangan piston. Angin tidak bisa keluar kalau bleeding satu nipple saja.
Candra menyebut, brake fluid atau minyak rem yang digunakan sama saja jumlahnya. Malah cenderung lebih sedikit beberapa ml karena hanya pakai satu slang.
Selain itu tetap bisa menggunakan master rem orisinal. Di motor Candra ia menggunakan master rem bawaan PCX.
Ia mengaku handelnya lebih ambles sekitar 5 mm, dan tekanannya malah jadi lebih empuk.
Meski begitu tidak mengganggu kinerja dan performa pengereman sama sekali.