"Kami mengubah organisasi kami di Jepang dengan menggabungkannya bersama insinyur Italia, tujuannya untuk membuat langkah besar demi tahun depan," jelasnya.
Namun untuk waktu dekat, hijrah ke V4 bukan opsi terbaik bagi Yamaha.
Hal itu juga disepakati Luca Marmorini yang merupakan mantan insinyur F1 Ferrari dan Toyota, yang dipercaya Jarvis untuk membantu pengembangan YZR-M1.
"Hal pertama yang perlu adalah kami harus memahami di mana posisi kami berdiri. Karena paketnya sudah berada di level yang sangat tinggi," tuturnya.
"Kedua di kejuaraan dan kami sudah memimpin sepanjang musim," lanjut Jarvis.
"Meski ada masalah performa, kami masih berada di permainan dan kompetitif," ujarnya.
"Jadi kau harus paham betul apa yang kau punya dan kemudian baru melihat area individual dengan kemampuanmu dan dari prespektif eksternal untuk melihat apa yang bisa diperbaiki di level yang sudah tinggi ini," jelasnya.
Marmorini pun langsung bekerja untuk menambah kekuatan mesin YZR-M1 yang dianggap ketinggalan dari para rivalnya.
Sejauh ini, power mesin baru yang dites sudah meningkat dari sebelumnya.
Sayangnya area lain seperti kenyamanan dan kontrol tenaganya masih sulit ditaklukan para pembalap dan harus diperbaiki.
"Aku bukan insinyur jadi aku tak bisa menjelaskan detailnya, tapi aku paham hampir semuanya, sayangnya masih banyak area dan hal berbeda yang bisa kau maksimalkan dari sebuah mesin," sambungnya.
"Mereka sudah bekerja dengan sangat dan melihat setiap area dan mencoba memaksimalkannya untuk masa depan," jelasnya.
Jarvis juga masih yakin perbedaan konfigurasi mesin berarti membatasi kecepatan.
"Dengan keluarnya Suzuki, kami satu-satunya yang memakai ini, tapi kami tahu banyak dan punya pengalaman dengan mesin inline 4, kami tak berpikir format mesin menjadi batasan," lanjut pria asal Inggris ini.
"Setiap mesin punya perbedaan. Tapi inline 4 masih punya potensi banyak untuk dikembangkan. Kami sedang sibuk mengerjakannya saat ini," tegas Jarvis.
Baca Juga: Buang Muka Dari Yamaha, Valentino Rossi Kekeuh Tim VR46 Dipelukan Ducati