Otomotifnet.com – Seperti kita ketahui bahwa pada mobil hybrid masih mengusung mesin pembakaran dalam, dipadu motor listrik.
Mesin pembakaran dalam tersebut umumnya menggunakan bahan bakar gasoline alias bensin.
Jadi, sudah pasti tetap ada businya yang berfungsi memercikkan api untuk membantu proses pembakaran.
Bila pada mobil bensin konvensional atau non hybrid dianjurkan melakukan penggantian busi setiap 20.000 km untuk tipe standar berbahan nickel.
Baca Juga: Pantes Banyak Dicari, Ini Yang Bikin Beda Busi NGK Dibanding Rivalnya
Atau setiap 80.000 - 100.000 km untuk yang businya jenis iridium, lantas bagaimana dengan busi mobil hybrid yang mesin bensinnya tidak bekerja terus menerus?
“Secara logic sih periode penggantian busi mobil hybrid bisa lebih lama,” bilang Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.
Misalnya mesin bensinnya bekerja 50 – 50 dengan motor listrik, “Logikanya periode penggantian busi bisa dua kali lipat dari mobil konvensional,” tambahnya.
Contoh kalau pakai busi standar berbahan nickel biasanya tiap 20.000 km, maka secara logika pada mobil hybrid bisa dilakukan per 40.000 km.
Sebab pada prinsipnya umur pakai busi kata Diko tergantung lamanya mesin bekerja menggerakkan mobil.
NGK maupun produk busi lain umumnya mematok masa pakai efektif busi sekitar pemakaian 20.000 km untuk busi standar, jika mesinnya bekerja terus menerus saat mobil digunakan.
Jadi bila mesin bensinya hanya bekerja 50% saja, artinya periode penggantiannya bisa dua kali lipat dari mobil konvensional.
“Itu secara logikanya begitu, tapi untuk memastikan soal ini gue akan cari informasi teknisnya dulu ya,” tukasnya pada Otomotifnet.com di sela-sela sesi Q&A acara NGK Saturday Morning Ride Media Gathering, Sabtu (24/12/2022) kemarin.