Otomotifnet.com – Pasti pengguna mobil bertransmisi otomatis alias matic, pernah dengar soal oli matic jenis longlife.
Oli tipe ini digadang-gadang umur pakainya bisa lebih lama dari oli matic biasa.
Beberapa mobil premium seperti Mercedes-Benz, BMW, serta mobil Jepang, ada yang oli transmisi matiknya menggunakan jenis free maintenance ini atau longlife.
Masa pakainya bisa sampai 100.000 km atau 5 tahun, bahkan ada juga yang lebih.
Baca Juga: Mobil Matic Sering Terjebak Macet, Sebaiknya Oli Transmisi Diganti Setiap Jarak Segini
Tapi apakah oli jenis ini kalau dipakai di Indonesia yang iklimnya tropis dan lalu lintasnya banyak macet dimana-mana, penggantiannya masih bisa tetap segitu?
Kalau di negara 4 musim seperti di Eropa, Amerika dan sebagainya, pemakaian oli jenis ini memang biasanya bisa lama.
Karena suhu udara di negara dengan 4 musim tidak sepanas negara tropis seperti di Indonesia, karena ada musim dinginnya.
“Kalau di negara tropis kayak di Indonesia, jika pemakaian mobil sampai 10 tahun oli jenis ini tidak diganti, bisa terjadi masalah pada transmisi. Parahnya ya jebol,” papar Wahono, Service Manager Auto 2000 di BSD City, Tangerang.
Sebab, lanjut Wahono, rata-rata suhu di negara tropis kayak di Indonesia ini cenderung panas.
“Ditambah kondisi lalu lintas juga padat alias banyak macet dan banyak debu, memaksa transmisi bekerja pada kondisi yang lebih berat.”
“Ini yang bisa menurunkan kualitas oli transmisi long life atau lifetime tadi," tambahnya.
Padahal, menurut Wahono yang wajib diperhatikan dari perawatan transmisi otomatis adalah pada olinya.
“Bila kinerja oli transmisi sampai menurun drastis karena kelamaan tidak diganti, tentu akan berisko merusak transmisinya,” yakinnya.
Nah, ciri-ciri bila transmisi matiknya mulai bermasalah, kata Wahono, biasanya mobil tidak mampu atau tidak kuat diajak menanjak, terutama di tanjakan dengan kemiringan yang cukup curam.
“Meski tuas transmisi sudah digeser ke posisi 1 atau L dan pedal gas ditekan full, tetap saja mobil tidak akan mampu diajak mendaki,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: Ini Harga Oli Mesin, Gardan, Transmisi Sampai Air Radiator Toyota Fortuner Diesel
Selain itu, pemakaian yang terlalu lama pada kondisi berat tadi juga bisa membuat oli jadi ‘basi’ (kemampuannya menurun drastis), dan volumenya banyak berkurang.
Tanda-tandanya ketika berdampak pada kinerja transmisi, yakni transmisi suka ‘ngelos’ yang ditandai tarikan mobil kerap tersendat sesaat pada tarikan awal.
“Gejala lainnya yang kemungkinan terjadi adalah perpindahan gigi yang sulit,” ujar Wahono lagi.
Nah, jika pemilik mobil mendapati gejala-gejala seperti tadi, sebaiknya segera lakukan pengurasan dan penggantian oli transmisinya deh untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.
“Kalau ingin transmisi matiknya awet, sebaiknya penggantian olinya lebih cepat, minimal setiap 40.000 km atau 2 tahun sekali,” saran Sumarno, pemilik bengkel Masmun Sukses Motor di Solo, Jawa Tengah.