“Ditambah kondisi lalu lintas juga padat alias banyak macet dan banyak debu, memaksa transmisi bekerja pada kondisi yang lebih berat.”
“Ini yang bisa menurunkan kualitas oli transmisi long life atau lifetime tadi," tambahnya.
Padahal, menurut Wahono yang wajib diperhatikan dari perawatan transmisi otomatis adalah pada olinya.
“Bila kinerja oli transmisi sampai menurun drastis karena kelamaan tidak diganti, tentu akan berisko merusak transmisinya,” yakinnya.
Nah, ciri-ciri bila transmisi matiknya mulai bermasalah, kata Wahono, biasanya mobil tidak mampu atau tidak kuat diajak menanjak, terutama di tanjakan dengan kemiringan yang cukup curam.
“Meski tuas transmisi sudah digeser ke posisi 1 atau L dan pedal gas ditekan full, tetap saja mobil tidak akan mampu diajak mendaki,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: Ini Harga Oli Mesin, Gardan, Transmisi Sampai Air Radiator Toyota Fortuner Diesel
Selain itu, pemakaian yang terlalu lama pada kondisi berat tadi juga bisa membuat oli jadi ‘basi’ (kemampuannya menurun drastis), dan volumenya banyak berkurang.
Tanda-tandanya ketika berdampak pada kinerja transmisi, yakni transmisi suka ‘ngelos’ yang ditandai tarikan mobil kerap tersendat sesaat pada tarikan awal.
“Gejala lainnya yang kemungkinan terjadi adalah perpindahan gigi yang sulit,” ujar Wahono lagi.
Nah, jika pemilik mobil mendapati gejala-gejala seperti tadi, sebaiknya segera lakukan pengurasan dan penggantian oli transmisinya deh untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.
“Kalau ingin transmisi matiknya awet, sebaiknya penggantian olinya lebih cepat, minimal setiap 40.000 km atau 2 tahun sekali,” saran Sumarno, pemilik bengkel Masmun Sukses Motor di Solo, Jawa Tengah.