Kampung Banpres Semarang, Bapak-Ibu Sampai Anak Kompak Dagang Pelek dan Ban Mobil Bekas

Irsyaad W - Selasa, 23 Mei 2023 | 12:10 WIB

Nur Hidayat, salah satu pedagang ban pelek mobil bekas di kampung Banpres Semarang (Irsyaad W - )

Otomotifnet.com - Silakan mampir ke kampung unik ini jika main ke Semarang, Jawa Tengah.

Karena seluruh warganya, mulai bapak, ibu sampai anak mudanya kompak cuma dagang pelek dan ban mobil bekas.

Yakni kampung Banpres, Tlogomulyo RW 2, Pedurungan, kota Semarang.

"80 persen warga berjualan ban dan pelek, para pria, ibu-ibu dan anak muda terlibat," ucap pemilik lapak Azka Velg dan Ban, Nur Hidayat, (20/5/23).

Sebelum menjadi sentra ban dan pelek, warga Banpres bergulat dengan ban sudah dimulai sejak tahun 90-an.

Mereka awalnya hanya sebagai pencari ban bekas yang dijual ke para pengepul.

Mulai sekitartahun 2018, ada warga yang mempelopori berjualan ban dan pelek dengan membuka lapak di kampung Banpres.

Tak hanya berjualan secara offline, penjualan dipadukan pula secara online.

TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Kampung Banpres, Pedurungan, Semarang dikenal sebagai sentra pelek dan ban mobil bekas

Hasilnya, Kampung Banpres kian dikenal para pencari ban dan pelek mobil bekas.

"Namanya pak Allan pertama jualan ban dan pelek di posting di Facebook. Warga lainnya mengikuti semua. Akhirnya warga lainnya yang jualan ban di luar ikutan jualan di sini," ungkapnya.

Kampung Banpres lambat laun menjadi pusat penjualan ban dan pelek bekas di wilayah Semarang Timur.

Ketika mengunjungi kampung tersebut sekarang sudah ada sekira 25 lapak yang tersebar di empat RT meliputi RT 1, 2, 3 dan 4 di RW 2, Tlogomulyo, Pedurungan.

"Terbentuknya pusat kampung ban dan pelek lima tahun terakhir," katanya.

Kampung Banpres cepat berkembang menjadi pusat penjualan ban dan pelek bekas lantaran para warganya sudah puluhan tahun bergelut di bidang ban bekas.

Menurut Nur, hampir warga satu kampung bisa ikut berjualan ban dan pelek lantaran ada cerita sukses (success story) sehingga warga lainnya mengikutinya.

"Saya terhitung orang terakhir di kampung ini mengikuti jualan ban dan pelek. Semangatnya melihat tetangga sukses tentu berpikir yang lain bisa kenapa kita tidak," katanya.

TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Kondisi lapak pedagang pelek dan ban mobil bekas di kampung Banpres, Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah

Ia pun mengaku, mulanya bekerja sebagai sopir taksi kemudian memberanikan diri berjualan ban dan pelek dalam waktu tiga tahun terakhir.

Bermodal awal hanya Rp 700 ribu, ia kini bisa menjadi bos di lapaknya.

"Secara penghasilan jauh, dulu saat jadi sopir taksi sehari Rp 100 ribu susah, sekarang perbulan bisa omzet sampai Rp7 juta," tuturnya.

"Paling penting ya bisa kumpul keluarga setiap saat tak perlu capek-capek pulang malam," bebernya.

Ia menyebut, kampung Banpres semakin dikenal karena harga pelek dan ban di sana dikenal lebih murah dibanding tempat lain.

Terdapat rentang harga Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.

Jenis ban dan pelek yang ditawarkan juga cukup lengkap baik dari segi harga dan jenis.

Pelek dijual dari harga Rp 1,5 juta hingga Rp 19 juta.

Ban bekas harga Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu.

TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Nur Hidayat, salah satu pedagang pelek dan ban mobil bekas di kampung Banpres, Pedurungan, Semarang

"Keunggulan lain penyambutan pembeli lebih ramah. Harga lebih miring karena para warga berjualan di rumah sendiri," paparnya.

Aktivitas kolektif di bidang ban dan pelek tersebut lantas diusulkan oleh kelurahan setempat menjadi kampung pelek dan ban.

Namun, hingga kini usulan tersebut belum terealisasi.

"Dulu kampung banpres diusulkan pihak kelurahan menjadi kampung tematik kampung pelek dan ban tapi belum berjalan," jelas Nur.

Pemilik lapak Duta One velg dan ban, Allan mengatakan, dari dulu para warga Banpres sudah banyak bergelut dengan dunia ban bekas.

Hanya saja, warga masih sebatas pencari ban bekas lalu dijual ke pengepul.

Mulai tahun 2018, ia mulai berjualan di kampung dengan melibatkan para warga sekitar dari anak muda hingga ibu-ibu.

Seiring berjalannya waktu, para warga membentuk paguyuban untuk menaungi para penjual ban dan pelek di kawasan tersebut dengan harapan mampu mensejahterakan para warga.

"Saya yakin prospek ke depan akan semakin besar karena peluang pasar yang luas hampir di seluruh wilayah Indonesia," jelasnya.

Terkait nama kampung Banpres ternyata tidak ada kainnya dengan aktivitas warga di dunia ban.

Menurut Allan, Banpres singkatan dari bantuan presiden.

Sebab, perumahan yang sekarang dihuhi merupakan bantuan presiden Soeharto di tahun 80-an.

"Banpres bukan ban dan pres. Ada dua perumahan serupa di Kota Semarang yakni di Banyumanik dan Pedurungan," tandasnya.

Baca Juga: Pipa BBM Pertamina Dibobol Warga, Sekampung Kompak Nyolong Solar

Sumber: https://banyumas.tribunnews.com/2023/05/21/berawal-dari-tetangga-sukses-warga-satu-kampung-di-pedurungan-semarang-ikutan-jualan-ban-dan-velg?page=all