Sebadak-badaknya Mobil Penggerak Belakang, Tetap Menyimpan Kekurangan di Sini

Irsyaad W - Selasa, 12 Maret 2024 | 13:00 WIB

Ilustrasi mobil bekas Toyota Avanza dengan sistem penggerak roda belakang (Irsyaad W - )

"Tenaga dari mesin ketika sampai di roda belakang akan tereduksi hingga mencapai 30 persen," beber Agung Saputro, Workshop Manager Honda Megatama, Kalimalang, Jakarta Timur beberapa waktu silam pada Tabloid OTOMOTIF.

Hal ini tentunya akan berdampak pula pada efisiensi bahan bakar yang jadi lebih boros dibanding mobil penggerak roda depan. 

Pada penggerak roda belakang, umumnya mesin menganut lay out longitudinal atau membujur, sehingga membutuhkan ruang mesin lebih besar.

Belum lagi lantai kabin akan disesaki dengan terowongan untuk transmisi dan drive shaft (as kopel).

Hal tersebut akan mengkompensasi dimensi dan kelegaan kabin.

F Yosi/Otomotifnet
Proses ganti oli gardan Ford Everest 4x4

Selain itu, meski secara handling mobil penggerak belakang lebih baik, namun ia cenderung oversteer.

"Makanya penggerak roda belakang identik dengan handling yang lebih fun to drive, maka dari itu sports car rata-rata menganut penggerak roda belakang," ujar Mizan Allan de Neve, desainer dan engineering otomotif.

Karena fungsi roda depan hanya berfokus pada kemudi dan roda belakang hanya untuk penggerak, beban kerja pada masing-masing roda juga dapat terdistribusi lebih optimal.

Efeknya, usia pakai pada komponen suspensi, kemudi dan penggerak dapat lebih panjang.

Baca Juga: Sebab Kuat Pabrikan Mobil Berpaling Dari Sistem Penggerak Roda Belakang