Namun bukan berarti oli sintetik harus dihindari, karena oli jenis ini lebih cocok digunakan di mesin-mesin modern yang rata-rata rasio kompresinya tinggi.
Hanya saja, interval penggantiannya harus diperhatikan.
Maksimal setiap 10.000 kilometer atau 6 bulan sekali (mana yang dicapai lebih dulu), wajib ganti oli.
Jika tidak, resiko terjadinya oil sludge akan sangat besar.
Jadi, anjuran penggantian oli mesin itu oleh pabrikan, tentu ada alasannya.
Sebagai tambahan, oil sludge merupakan kotoran hasil oksidasi yang terbentuk karena adanya endapan, sisa pembakaran atau kerak oli yang bercampur dengan pelumas baru.
Sisa pembakaran ini akan menggumpal dan menempel pada permukaan komponen mesin.
Sludge atau lumpur akan menyumbat saluran oli mesin yang kecil.
Sehingga mesin tidak dapat bekerja secara optimal.
Akibatnya, mesin akan lebih cepat panas dan kinerja sistem pendingin mesin semakin berat.
Alhasil, performa mesin turun yang membuat konsumsi bensin lebih boros.
Risiko paling besar yaitu bila masalah gumpalan oli dibiarkan, yang bisa menyumbat saluran oli, alhasil sirkulasi oli mesin terhambat.
Efeknya akan membuat kemampuan melindungi gesekan antar komponen pun hilang dan mesin jebol.
Perbaikannya tentu menguras isi kantong, sebab harus melakukan turun mesin.
Baca Juga: Tergiur Murah Bisa Kecewa, Pelajari Penyakit Umum Mobil Eks Taksi