"Singkat cerita setelah kelar semua nih, ganti radiator sama oli gardan. Setelah kelar isi radiator, nggak tahunya bocor radiator dari water pump," kata Dayat.
Mau tidak mau, Dayat akhirnya memutuskan untuk mengganti water pump yang berfungsi untuk memompa air pada radiator motornya.
Rampung mengganti, tukang bengkel kemudian mengecek oli dan menyebutnya masih dalam kondisi bagus.
Meski begitu, tukang tersebut menyuruhnya untuk mengganti oli dengan yang lebih bagus.
"Terus saya bilang, 'Diatur saja Pak yang penting beres.' Nah singkat cerita dari situ paking mesin bocor juga. Saya mutusin untuk ganti juga paking," ungkapnya.
Pria asli Jawa Tengah yang merantau di Jakarta ini mengaku, motornya justru semakin terasa brebet setelah diservis atau diperbaiki.
"Dicoba kok motor makin brebet parah. Bukannya benar malah makin parah, terus suruh ganti lagi," katanya.
Dayat mengungkapkan, choke yang ada di atas mesin dan menjadi saluran bensin pun disebut pecah dan diminta untuk diganti.
Tidak hanya itu, setelan langsam atau stasioner juga diminta untuk diganti oleh tukang bengkel.
"Setelah itu kelar tuh semua, motor sudah dicoba berkali-kali, dibalikin ke setelan awal sama saja makin parah brebet-nya," ujarnya.
Tukang bengkel juga menyuruhnya untuk mengganti fuel pump (pulpam) atau pompa bahan bakar yang ada di tangki bensin seharga Rp 600.000.
Namun, Dayat menolak karena takut uang yang dibawanya kurang.
Ia kemudian meminta tukang untuk menjumlah semua biaya servis.
Tetapi ia terkejut karena totalnya di luar perkiraan.
"Nggak tahunya setelah dicek totalan semua belum berikut pulpam 2.220.000. Kaget tuh di situ, akhirnya nggak jadi ganti pulpam karena uang nggak cukup," ucapnya.
Dayat akhirnya membayar biaya servis senilai Rp 2,22 juta melalui transfer dan memutuskan untuk pulang ke Jakarta dengan kondisi mesin motor yang masih brebet.
"Setelah sampai Jakarta dicek nggak tahunya sensor gasnya yang minta disetel ulang," katanya.
Baca Juga: Tanggung Jawab Dipertanyakan, Utang Servis Kendaraan Dinas Pemkot Kendari Menggunung