Otomotifnet.com - Gaes, apakah kalian tahu? setiap ban memiliki pola telapak (tread pattern) dan kedalaman alur (grooves) yang unik, dirancang tidak hanya untuk traksi optimal, tetapi juga untuk fungsi vital sebagai jalur evakuasi air (water channeling).
Secara umum, semakin kompleks dan banyak alur kembangan ban, semakin superior kemampuannya dalam menyalurkan air saat melintasi permukaan basah, yang sangat krusial untuk mencegah aquaplaning.
Namun, muncul fenomena menarik yang sedikit dipahami, yaitu ban dengan pola telapak yang lebih agresif atau alur kembangan yang lebar cenderung menghasilkan tingkat kebisingan (road noise) yang lebih tinggi ketika melaju di jalanan beraspal kering.
Sebaliknya, ban dengan alur kembangan yang lebih rapat dan kecil (umumnya pada ban performa atau harian) justru lebih senyap.
Fenomena akustik ini didominasi oleh pergerakan udara. Ketika telapak ban berputar dan bersentuhan dengan aspal, udara yang terperangkap dalam alur kembangan didorong, dimampatkan, dan dilepaskan secara cepat.
Alur kembangan yang lebar memfasilitasi 'kantong udara' yang lebih besar, menciptakan resonansi suara yang lebih keras saat udara tersebut 'ditembakkan' keluar, mirip efek 'siulan' atau desisan berfrekuensi rendah.
Inilah prinsip kompresi dan pelepasan udara yang menjadi sumber utama kebisingan ban di jalanan kering.
Baca Juga: Cuma 5 Menit! Begini Cara Baca Kode Angka dan Huruf Ban Mobil
Baca Juga: Ini Jenis-jenis Tambalan Untuk Ban Mobil, Apa Saja bentuknya
Baca Juga: Bahaya Yang Mengintai Saat Tekanan Angin Ban Mobil Kurang
Inti dari fenomena kebisingan jalan (road noise) yang dihasilkan oleh ban saat berputar adalah kompresi dan pelepasan cepat udara yang terperangkap dalam alur telapak (tread pattern).
Secara sederhana, volume alur telapak sangat menentukan intensitas kebisingan.
Semakin besar dan dalam celah alur pada telapak ban, semakin besar pula 'kantong udara' yang dapat memerangkap, memampatkan, dan kemudian melepaskan udara secara eksplosif ke atmosfer, menghasilkan gelombang suara keras.
Perbedaan ini sangat jelas terlihat pada jenis-jenis ban. Sebagai contoh, ban Mud Terrain (MT)—dirancang dengan blok telapak yang ekstrem dan alur evakuasi lumpur yang sangat dalam—secara inheren jauh lebih berisik saat melibas aspal dibandingkan dengan ban All Terrain (AT) atau Highway Terrain (HT).
Desain agresif ban MT yang memiliki volume alur internal lebih besar secara otomatis menjebak dan memanipulasi lebih banyak udara pada kecepatan tinggi, menciptakan resonansi akustik yang signifikan.
Sebaliknya, ban HT dengan pola telapak yang lebih halus dan alur yang lebih dangkal meminimalkan efek kompresi udara ini, sehingga menghasilkan pengalaman berkendara yang jauh lebih senyap di jalan raya.
Hal ini menegaskan bahwa desain ban merupakan pertimbangan kritis dalam menyeimbangkan kebutuhan traksi ekstrem (MT) dengan kenyamanan akustik (HT).