Otomotifnet.com - Daya beli masyarakat kelas menengah dikabarkan banyak yang turun kasta. Dampaknya tentu berpengaruh pada industri otomotif.
Gejalanya sudah terlihat, dari penjualan mobil di Semester 1 2024.
Hal ini menjadi alarm peringatan, sebab penjualan yang anjlok, berpotensi membahayakan kelangsungan industri otomotif nasional.
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), di Semester 1 (Januari-Juni 2024) total penjualan wholesales atau distribusi mobil baru dari pabrik ke dealer tercatat 408.012 unit.
Anjlok 19,4 persen dibanding periode sama di 2023 yang membukukan 506.427 unit, atau selisih 98.415 unit.
Begitupun penjualan retail, atau dari dealer ke konsumen, kenyataannya tak jauh berbeda.
Jumlahnya melorot di kisaran 14 persen, atau dari 502.533 unit menjadi 431.987 unit secara tahunan (year on year/yoy).
Artinya, penjualan mobil di tahun ini rata-rata di bawah 80.000 unit. Padahal jika dibandingkan penjualan bulanan di tahun 2023, rata-rata di atas 80.000.
Baca Juga: Gawat, Penjualan Mobil Stagnan 1 Juta, Kemenperin Usulkan Insentif
Oleh karenanya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan pemberian insentif fiskal berupa pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP).