Bedanya, lampu ini menggunakan lapisan semikonduktor tipis yang terbuat dari polimer organik untuk memproduksi cahaya. Keuntungannya, lampu lebih tidak cepat panas dan hemat energi.
Jika LED memancarkan cahaya dari satu sudut saja sehingga butuh reflektor untuk membuat terangnya lebih luas, maka OLED mampu berpendar ke area yang lebih luas tanpa perlu reflektor.
Lapisan semikonduktor pada OLED sangat tipis, kira-kira 150 kali lebih tipis dari rambut manusia. Lapisan ini melekat pada lapisan konduktif di antara dua plastik film atau kaca yang tebal keseluruhannya hanya 0,8 sampai 1,5 mm.
Sayangnya, hingga saat ini teknologi OLED belum sepenuhnya bisa diterapkan pada lampu sepeda motor. Kepadatan cahayanya hanya dianggap aman digunakan sebagai lampu belakang. Sementara untuk lampu rem dan sein butuh dikombinasikan dengan LED untuk membuatnya lebih terang.
Prototipe lampu belakang OLED sudah diterapkan untuk BMW K1600GTL dan dikombinasikan dengan LED. Hasil kombinasi ini membuat pancaran cahaya lebih menarik dan mampu memunculkan efek 3D.
BMW mengakui pihaknya baru sanggup memasarkan lampu OLED campuran ini dalam dua atau tiga tahun ke depan. Sedang target jangka panjangnya, BMW yakin OLED mampu diproduksi untuk lampu rem dan sein tanpa digabung dengan LED. Bahkan bukan tidak mungkin digunakan pada head lamp atau lampu utama. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR