Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

All About Aksesori Berbahaya, Hindari Demi Keselamatan Bersama (Part.2)

Minggu, 16 November 2014 | 15:06 WIB
No caption
No credit
No caption

Saat ini masih sering dijumpai perilaku pengendara yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain, misal melanggar lampu merah. Tak hanya perilaku di jalan, dalam hal memodifikasi pun terkadang tak mengindahkan keselamatan. Contoh mengubah lampu sein jadi putih yang bikin kedipan tak jelas.

Potensi bahaya yang tersimpan tersebut mulai berdampak ringan seperti senggolan sampai yang berat, tabrakan parah. Hal-hal ini bisa terjadi sebenarnya akibat ulah pemilik kendaraan itu sendiri yang tidak mengindahkan kaidah berkendara aman, sopan dan bertanggung jawab.

Selain mengubah warna lampu sein, bahkan lampu rem juga diganti. Sangat membahayakan pengendara dan sekeliling. Potensi bahaya juga hadir dari keikutsertaan terhadap tren modifikasi yang ada.

Tak hanya itu, masih banyak ubahan yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Apa saja itu? Silakan disimak dan jangan ditiru ya!

No caption
No credit
No caption


No caption
No credit
No caption


No caption
No credit
No caption






Lampu HID

Penggunaan lampu HID (High Intensity Discharge) pada kendaraan sebenarnya sangat berguna, karena pancaran sinarnya yang terang membantu penglihatan kala jalan malam. Hanya saja jika sembarangan bisa membahayakan orang lain.

“Kalau pakai yang terlalu terang bisa bikin silau pengendara dari arah berlawanan,” ujar Pak Wiet, spesialis lampu dan kelistrikan di Palmerah, Jakbar. Efeknya fatal, pandangan ke depan pengemudinya sesaat akan blank, bisa mengakibatkan kecelakaan. Bahkan pengendara di depan kita yang searah pun juga bisa silau, kendati hanya kena pantulan dari spion.

“Kalau mau tetap pakai HID, pilih yang warna dan terangnya seperti standar, cukup yang 4.300 kelvin. Di atas itu pasti sudah menyilaukan,” imbuh pria asli Solo, Jateng ini. Tuh catat ya! 


Kaca Film

Sering kita menjumpai mobil menggunakan kaca film yang sangat gelap, mungkin sang pemilik butuh privasi lebih, bukan sekadar untuk menolak panas. Namun ternyata hal itu bisa membahayakan orang lain. Kalau terlalu gelap, pengendara lain terutama yang di belakangnya susah memantau kondisi jalan di depan, antisipasinya tentu jadi kurang.

“Untuk kaca depan sebaiknya cukup 40%, sedang belakang maksimal 60%. Segitu saja dari luar sudah samar tapi masih tembus,” terang Marcelinus Indra W., General Manager PT. Anugerah Protecindo, pemegang merek Ziebart di Indonesia. Jadi kurang dari itu lebih baik.

Sedang untuk kaca samping, menurut pria yang akrab disapa Marcel ini cukup 60%. “Kaca film paling penting bukan gelapnya, tapi kemampuan menolak panas, minimal 50% dan lebih baik jika bisa sampai 90%. Lalu juga jangan yang merefleksi sinar, bisa bikin silau pengendara lain,” tutupnya. 


Ban dan Pelek

Saat ini masih sering dijumpai mobil dimodifikasi ceper dengan ban yang “narik”. Lantaran lebar ban enggak imbang dengan peleknya, lebih lebar pelek dari bannya, contoh pelek 8 inci dikasih ban 165/40.

“Kalau sekadar untuk show atau jalan santai masih oke lah, tapi jika dipakai harian terlalu bahaya,” ujar Leonard Gozali, Brand Manager Automobile Tire PT. Gajah Tunggal Tbk.

Masih menurutnya, ban “narik” resiko kempis lebih besar karena posisi tak ngepas sehingga angin gampang keluar. “Saat nikung juga bahaya, bibir pelek bisa kena aspal, grip ban juga jadi berkurang,” imbuhnya. “Maka lebih baik biar aman ikuti saran dari produsen, pakai ban sesuai ukuran peleknya,” tutup Leo, sapaannya. 


Body Kit

Mengaplikasi body kit bagi modifikator bukan barang baru. Biasanya dilakukan agar tampilan lebih sporty dan ceper. Namun yang perlu diperhatikan adalah pemasangannya. “Wajib kuat biar di jalan enggak lepas,” terang Tomi Gunawan, airbrusher dari Tomi Airbrush yang juga sering bikin body kit.

“Untuk bagian yang dibaut, maka juga wajib dibaut, misal bagian fender. Kalau standarnya pakai klip seperti bumper, wajib juga ikut diklip,” imbuhnya. Sehingga kekuatannya sama dengan standar, jangan sampai hanya pakai double tape yang rawan lepas apalagi jika berbahan fiberglass yang cukup berat.

Termasuk yang tak kalah penting saat pasang wing atau sayap di bagasi. “Biar kuat wajib dibaut ke bagasi. Memang mesti dibor,” imbuh Tomi. “Namun kalau hanya duct tail berbahan plastik, masih bisa pakai double tape yang ditambah sealant biar kuat,” tutupnya. 


(mobil.otomotifnet.com)

Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa