Tanda titik ini ada dua macam. Pertama berbentuk stiker yang ditempel pada ban dan pelek, kedua berbahan cat. Biasanya ini dilakukan hanya pada ban. Sementara itu, kalau pelek, biasanya ditempatkan sesuai dengan titik pentil.
Tanda stiker pada ban biasanya hanya dipakai pada mobil yang baru selesai diproduksi dan sudah melewati pengetesan. "Sangat jarang ditemukan notasi stiker tertempel pada ban yang dijual di toko ban. Sebab, penyimpanan yang cukup lama dikhawatirkan stiker tersebut justru terlepas," tambahnya.
Meski terlihat sepele, tapi kesesuaian antar tanda ini harus benar-benar dicapai. Jika tidak, maka cukup banyak efek yang diberikan ke sistem kaki-kaki dan suspensi. Bisa dibayangkan, harus keluar uang lagi hanya gara-gara titik ini tidak bisa ketemu.
1. Lihat tanda titik yang ada di ban dan pelek. "Pada ban menunjukkan titik minimum run out ban. Titik terendah keseimbangan ban. Sedangkan pada pelek menunjukkan maksimum run out. Titik tertinggi keseimbangan pelek," sebut Deni. Lalu bagaimana dengan pelek racing? Untuk pelek jenis ini biasanya penempatan titik tersebut digabungkan dengan lokasi pentil. Jelas akan merusak penampilan pelek jika terdapat tanda titik di pelek
2. Jika kedua titik tersebut sudah dipertemukan, biasanya tak perlu lagi melalui tahap balance. Sebab, dengan demikian ban dan pelek sudah bertemu kedua titik balance-nya. Namun, supaya lega hati dan tak bekerja berkali-kali. Tahap balance ban ini sebaiknya tetap dilakukan hanya untuk mempertegas dan meyakinkan.
3. Efek jika kedua titik tidak dalam satu garis yakni, ban tidak bisa di-balance. Kalaupun melalui tahap balance, akan menggunakan penyeimbang dalam jumlah banyak. Selain itu, ban akan bergetar jika melaju kencang, terutama pada kecepatan 80-100 km/jam. Getaran itu biasanya sampai juga ke lingkar kemudi, sehingga berkendara juga jadi tidak nyaman dan berbahaya.
4. Sistem kaki-kaki juga bisa terkena dampak dari tidak sesuainya titik tersebut. Paling sering terkena dampak yakni sokbreker dan ball joint bawah. "Karena ban bergetar, sehingga ball joint secara terus menerus mengalami ‘pukulan'. Akibatnya bisa lekas rusak dan bocor sehingga tidak ada lagi pelumasan. Ekstremnya, ketika mobil belok, ball joint tersebut bisa lepas," seru pria asal tanah Sunda tersebut. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR