Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Salah Kaprah Teknologi Mobil Keluarga (Bag.1)

Editor - Rabu, 7 Juli 2010 | 07:44 WIB
No caption
No credit
No caption

OTOMOTIFNET - Memiliki mobil keluaran terbaru dengan segala kecanggihannya bisa menjadi impian setiap insan. Namun begitu mobil sudah di tangan, apakah sudah siap memanfaatkan teknologi tersebut semaksimal mungkin?

Nyatanya, masih banyak persepsi yang kurang sesuai dengan pengoperasian berbagai fitur yang mengusung teknologi terkini. Ambil contoh yang sudah cukup populer, mengenai rem ABS. Masih banyak anggapan bahwa rem ABS lebih pakem ketimbang yang belum ABS. Padahal, peranti ini lebih mengutamakan daya cengkeram ban, untuk maksimalisasi pengereman, bukan daya cengkeram remnya.

Teknologi tanpa pengoperasian yang baik dan benar tentu tidak akan maksimal. Ibarat telepon selular punya fitur SMS, tentu tidak akan banyak manfaatnya kalau sang pemilik belum menguasai fiturnya bukan? Yang ada, ponsel tersebut hanya dipakai buat telepon saja. Bayangkan kalau ponselnya tipe cerdas yang sudah punya fitur social networking. Wah, bakal tambah keder, deh.

Yuk kita samakan persepsi dulu supaya bisa memakai berbagai fitur canggih dengan maksimal. Simak berbagai trik penggunaan ABS, airbag, alarm dengan immobilizer, ESP maupun transmisi otomatis yang kian pintar. Biar semua fitur bisa dipakai sesuai dengan fungsinya. Setuju?

No caption
No credit
No caption

Getaran di pedal rem menandakan ABS bekerja

ABS

Dari namanya, Anti-lock Braking System, bisa dijabarkan sebagai sistem yang mencegah rem untuk mengunci. Jadi, kalau ada anggapan rem ABS lebih pakem, coba telaah lagi. Sistem ini mengurangi tekanan kampas kalau rem mulai mengunci.

Efeknya, pada kondisi normal sih sama saja. Namun sistem ini kampiun menghadapi lintasan licin. Karena pada jalanan licin, rem mudah mengunci sehingga mobil menggelosor. Ban berhenti berputar tetapi mobil tetap meluncur karena karet bundar sudah kehilangan traksi. Nah, dengan mengurangi tekanan rem, roda jadi punya traksi kembali buat menghentikan mobil.

Urusan pengoperasian juga kadang menjadi perdebatan. Banyak yang menganggap ABS mobilnya error atau rusak. Padahal, untuk mengaktifkan ABS, pedal benar-benar perlu ditekan maksimal kecuali jalan yang dilalui sangat licin. Jadi, pada kondisi jalan aspal kering, ABS memang jarang bekerja karena traksi roda cukup tinggi. Kecuali Anda mengerem mendadak, akan terasa getaran pada pedal rem pertanda motor ABS bekerja.

Satu hal lagi yang kerap jadi persepsi salah mengenai ABS, "Banyak yang menganggap mobil dengan ABS, remnya maintenance free," papar Boyke Arief Setiawan, dept head of product planning PT Hyundai Mobil Indonesia. Padahal, rem ABS memiliki komponen tambahan yang juga punya risiko rusak.

Memang tidak perlu perawatan khusus, tetapi butuh perlakuan wajar. Seperti saat servis atau bongkar pasang roda. Termasuk pemakaian sehari-hari, "Hati-hati kalau lewat banjir, karena berisiko buat sensornya," wanti Boyke.


Airbag hanya sebagai pelindung tambahan, harus diutamakan memakai safety belt lebih dahulu

AIRBAG

Nama lengkapnya SRS (Supplemental Restrain System) Airbag, artinya airbag hanyalah alat pelindung tambahan. Jauh lebih penting penggunaan safety belt ketika berkendara.

Maksudnya begini, airbag justru akan jadi alat berbahaya ketika penggunaan safety belt dilupakan. Bayangkan saja kecepatan airbag mengembang yang mencapai 30 km/jam apabila sampai terbentur kepala pengemudi ketika tidak memakai safety belt.

Nah, airbag bekerja berdasarkan sensor-sensor yang ada di beberapa bagian kendaraan. Misal airbag setir yang bekerja berdasarkan 3 buah sensor di sasis depan sisi kiri dan kanan, juga di firewall. "Nah ketiga sensor ini harus aktif agar airbag dapat mengembang," jelas Iwan Abdurahman, section head of technical service PT. Toyota Astra Motor.

Tapi ingat juga, sensor ini akan bekerja bukan berarti dia harus terkena benturan langsung ya. Sensor akan bekerja kalau terkena rambatan dari depan, dengan kecepatan tertentu. "Oleh sebab itu pemasangan sensor juga tak bisa sembarangan, dalam artian tidak boleh miring ataupun salah posisi," lanjut Iwan lagi.

Sama hal ketika airbag tidak mengembang apabila arah tumbukannya jauh dari sensor. Misal begini, segala tumbukan dari samping atau belakang, masuk ke lubang, dan masuk kolong truk tidak akan mengembangkan airbag.

Misalkan saja ketika kendaraan ditabrak dari belakang. Maka arah gerakan korban akan terlontar ke belakang menempel jok. Artinya, ketika airbag mengembang, efektifitas airbag justru tidak akan kena sasaran seperti yang diinginkan.

Penulis/Foto: Rio, Ben, Manut / Reza, Dok.Otomotif

Editor : Editor

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa