Rpm bawah diseting galak agar ketika start motor langsung melesat. “Menyesuaikan keinginan pembalapnya yang doyan betot gas dalam-dalam ketika start,” kata Muhammad Farid, mekanik ramah ini.
Power bawah galak ini didapat karena diseting punya rasio kompresi tinggi, mencapai 14,2 : 1. Membuat entakan awalnya sangar. Kompresi ini didapat lewat penggunaan piston Honda GL Pro Neo Tech oversize 50, diameter 64 mm.
Setang piston masih standar, tapi mengaplikasi pen stroke 2 mm. Otomatis stroke naik 4 mm. Dari stroke standar yang 57,9 mm, kini jadi 61,9 mm. Dari sini bisa dihitung kapasitas bersih mesin jadi 199,03 cc, dibulatkan jadi 200 cc.
Waduh, kalau bawahnya galak, apa enggak kedodoran tuh di rpm atas? Kan 201 meter masih terbilang panjang. “Buat ngakali agar putaran atas didapat, lewat penggunaan klep payung lebar. Klep isap menggunakan ukuran 33,2 mm dan buang 28,2 mm. Padahal untuk kelas ini biasanya mekanik hanya menggunakan klep 31/25,5 mm.
Menggunakan klep lebar, tujuannya agar lubang porting juga besar. Seperti lubang isap dibuat jadi 28,2 mm dan lubang buang jadi 28,2 mm juga. Setingan ini membuat power di putaran atas jadi galak juga.
Selain itu, untuk mengakali rpm atas agar napasnya tidak habis, rumah roller yang dihuni 8 gram rata ini sedikit diakalin. Ruang gerak roller naik-turun diperpanjang dibikin ke atas, dengan cara mengikis batasan yang terdapat di rumah roller,” papar Popo, sapaan mekanik ini.
Gesekan yang terjadi di mekanisme katup, dikurangi lewat penggunaan pelatuk model roller dari Honda Blade. Karena menggunakan roller arm, noken as standar harus dibikin ulang agar lebih membulat.
“Durasi kem dibikin agak sedikit tinggi, untuk in 279 derajat dan ex 274 derajat,” tambah Popo yang merahasiakan angka buka-tutupnya. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Rangka: Yamaha Nouvo Z
Knalpot: Cha
CDI: BRT I-Max
Koil: Yamaha YZ 125
Kampas ganda: JFK Racing
Editor | : | billy |
KOMENTAR