Haris Sakti Mlethies bukan mekanik yang puas dengan satu setingan. Kendati motornya kerap menghasilkan podium juara, mekanik jogja ini masih berani berspekulasi mencoba setingan baru. Contoh pada Yamaha Jupiter-Z pacuan M. Zaki andalan tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya yang baru naik seeded. Bertarung di kelas MP 2.
Mlethies tidak membekali motor MP2 yang pernah mengantarkan Anggi Permana menjadi juara nasional. Sebaliknya, malah memakai setingan motor MP 4.
Selebihnya sama dengan motor MP4. Mulai kepala silinder, klep maupun piston dan sudut squishnya. Banyak sisi positif yang didapat. Power motor tidak beringas, mesin lebih adem dan tidak rentan jebol diajak berkitir selama 20 putaran.
Apalagi Zaki termasuk pembalap muda yang emosinya masih meledak-ledak. Itulah mengapa mekanik asal Jogjakarta ini mempertahankan kompresi rendah layaknya MP4 agar mesin tetap tahan digeber kecepatan tinggi.
“Waktu dipakai Anggi , rasio kompresinya 13,8 : 1. Buat Zaki hanya 13,2 : 1. Tenaga bawah tidak liar,” lanjut bujang kelahiran 1986 di Jogja.
Kompresi tersebut didapat dari racikan kepala seher TDR diameter 55,25 mm dengan rombakan kubah dome di silinder head. Kepala silinder bukan cuma dipapas, tapi squishnya juga dibentuk ulang jadi 9 derajat dengan lebar 6,5 mm.
Durasi in dan ex hampir sama. Agar seimbang, bukaan klep ex diatur lebih tinggi dari klep in. Klep Honda Sonic 26 mm untuk in dipatok mangap 35 sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 61setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sementara klep Sonic dibuat 23 mm untuk ex dibikin membuka 60 seblum TMB dan menutup 34 setelah TMA. Nah, itu semua masih setingan MP4.
Lalu apa yang berubah? “Hanya kem, magnet, CDI dan karburator,” tambah pria berkulit bersih ini. Contohnya magnet yang hanya dibuang pemberatnya. Hal ini karena diperbolehkan di regulasi teknik MP 2. Beban mesin lebih ringan dan mudah menggapai rpm tinggi.
Soal kem, hanya memperlebar durasi menjadi 274 dengan lift 93. Lalu karburator Sudco bawaan motor MP4 diganti TM24 yang diisi spuyer 30/160. Dengan paduan tersebut, “Tenaga motor jadi responsif,” tambah Zaki.
Paling akhir menggamit CDI Rextor RR. “Kalau dulu mapping di setiap 500 rpm, kini di rpm 250. Jadi, lebih detail dan presisi,” jelas Mlethies. Hasilnya, mapping berubah. Biasanya tertinggi di 9.500 rpm pada posisi 36,3. Saat ini 9.000 rpm di 35’8. Ini karena pengapian lebih bagus.
Inilah yang membuat M. Zaki podium di Motoprix seri 1 Serang dan seri 2 di Purwokerto lalu. Siapa sangka motornya hanya berspek MP 4. (motorplus-online.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR