HOMOLOGASI BAN
Perjalanan ban tunggal dimulai di 2007 dengan masuknya FDR sebagai ban resmi di Indoprix dan Motoprix dengan semangat agar industri ban nasional memberi kontribusi untuk event balap. FDR intens melakukan riset lini produknya hingga ada 7 pilihan ban yang bisa dipakai dari kondisi kering, intermediate dan basah.
Lalu berganti dengan IRC di 2008 untuk Indoprix dan Motoprix dengan 2 pilihan yaitu Razzo 166 jenis intermediate dan Razzo 221 yang lebih pas untuk trek kering. Cukup lama ban produk PT Gajah Tunggal Tbk ini menjadi sponsor bahkan sampai tahun ini pun masih menjadi penyuplai di Indoprix meski tahun lalu paketnya dipisah dengan IRC untuk Indoprix saja, sedang di Motoprix dibagi ke Corsa.
Ban FDR jadi favorit karena riset yang kuat dan banyak pilihan
Terlepas masalah sugesti, mayoritas pembalap nasional memakai ban FDR sebagai benchmark untuk pengetesan ban balap karena dianggap punya kualitas lebih dari merek lain. Ini terbukti saat di seri perdana Motoprix region 1 di Bengkulu, hampir 90% peserta memakai ban FDR terutama seri MP76.
Tercatat hanya 3 tim memakai ban Corsa karena melakukan deal sponsorship dan tak satu pun yang memakai produk IRC. “Sebenarnya Corsa juga sudah menawarkan kontrak sponsor tapi pembalap maunya pilih FDR, ya kami pun tak mau memaksakan pembalap kalau mereka tak pede dengan ban yang dipilih,” kata Apmansyah Tanjung, manajer tim Yamaha Yamalube Alfa Scorpii dari Medan, Sumut.
Pertanda ban FDR akan menjadi ban favorit pembalap sebenarnya sudah terbaca saat Pra PON Road Race yang digelar di Sirkuit Sentul Karting pada 24-26 November 2011. Saat aturan yang dibikin oleh Panitia Pra PON XVIII Riau menawarkan opsi buat pembalap memilih ban yang disuka maka semuanya kompak minta FDR hingga selepas briefing dilakukan penggantian ban ke FDR.
Hal ini seharusnya ini bisa diantisipasi oleh pabrikan lain untuk siap menyambut era ban bebas yang mengharuskan tiap merek diadu kualitasnya dengan merek lain. “Itu menjadi kendala buat kami jika memakai merek IRC karena prosesnya akan panjang karena menyangkut prinsipal IRC Jepang, makanya kami membuat brand Zeneos yang keputusannya ada di tangan kami sendiri,” kata Arijanto Notorahardjo,GM marketing PT Gajah Tunggal Tbk.
Terbukti dari sesi tes yang dilakukan kru PT Gajah Tunggal Tbk yang membawa 2 tipe ban yaitu slick dan beralur di Sirkuit Sentul yang belum mencantumkan dengan merek (24/2). Intinya aktif melakukan riset dan support ke tim balap menjadi kunci agar produk ban balap tersebut bisa diterima ke komunitas balap. Jangan lalu menyerah dan memilih mundur dari arena.
Selanjutnya PR buat PP IMI untuk aktif melakukan komunikasi ke publik seputar ban balap karena industri ban sepedamotor Indonesia tak hanya dari 3 merek di atas saja, masih ada merek Mizzle, Swallow, Blackstone hingga Primax.
Semuanya punya kesempatan yang sama untuk masuk ke Motoprix dengan (idealnya) melakukan homologasi yang dilakukan komisi khusus di PP IMI. Hingga terjadi proses seleksi dan kompetisi berdasarkan kemampuan produk itu sendiri. Semoga! (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR