Bahkan dalam perjalannya, proses pengembangan injeksi YMJET-FI jauh lebih lama dan sulit ketimbang mengembangkan injeksi YZR-M1 tunggangan Jorge Lorenzo dan Ben Spies.
Pengembangan injeksi YMJET-FI butuh waktu sampai dua tahunan. Sementara Yamaha YZR-M1 kurang dari satu tahun. Apa penyebabnya?
"Yang pasti lebih banyak faktor. Durability sampai pemeliharaan juga sangat diperhatikan," buka GM Marketing dan Promosi YIMM, Eko Prabowo.
Berbeda dengan motor balap di MotoGP. Penggunaan komponen di balap relatif lebih singkat, hanya selama balap saja. Tapi pada motor produksi masal dipakai tiap hari sampai bertahun-tahun, reliability-nya harus benar-benar baik.
"Teknologi tersebut juga harus simpel setelah ada di masyarakat," lanjutnya. Maksudnya tidak menyulitkan saat dilakukan penggunaan sehari-hari hingga perawatan berkalanya.
"Berbeda sekali dengan di MotoGP. Memang banyak orang ahli di sana dalam perawatannnya," jelas Eko. Bukan rahasia lagi bila setiap motor di MotoGP selalu dikawal tim mekanik terbaik.
Dan yang tak kalah penting adalah menciptakan teknologi injeksi tadi menjadi layak produksi masal, khususnya berkaitan dengan biaya. "Bagaimana dikembangkan dengan harga yang terjangkau," tutur pria ramah ini.
Belum lagi keharusan untuk meramu performa dan konsumsi bahan bakar terbaik sesuai dengan karateristik pengendara di Indonesia. Kabarnya YMJET-FI ini sangat efektif di economic zone, yaitu di kecepatan 20 sampai 55 km/jam. (motorplus-onlinel.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR