KULIAH DI JERMAN
OTOMOTIF pun diajak ke dalam dan mendapati belasan koleksi lainnya yang sudah ready maupun yang tengah direstorasi. Di sebuah ruangan luas semacam galeri, mobil-mobil itu dilindungi dengan penutup agar tidak terkena debu. Di sini antara lain terdapat Mercedes-Benz 190 SL keluaran 1957, Mercedes-Benz 230 tipe W143 buatan 1935, Mercedes-Benz 300 Adenauer (1952), Armstrong Siddeley (1956), Jaguar MK VII (1952) hingga Austin – Healay 100.6 produksi Inggris.
“Mobil-mobil hampir semua saya peroleh dari Indonesia. Ada yang hasil dari hunting, ada juga yang memang pemiliknya menawarkan ke saya. Dan 90 persen dalam kondisi tidak bisa jalan alias berantakan. Saya punya rekanan bengkel khusus bodi mobil untuk mengembalikan kepada kondisi semula, lalu finishing-nya diselesaikan di sini,” ujar Bayu.
Di garasi sekaligus bengkelnya itu, direktur utama PT. Iswara & Hersandi Engineering itu mempekerjakan 5 mekanik untuk merestorasi mobil-mobil lawas itu sekaligus memelihara mobil yang sudah rapi. Tampak ada sebuah Mercedes-Benz yang baru selesai dicat bodinya, juga beberapa mobil setengah jadi. “Biasanya, kendalanya mencari spare part mesin dan aksesori. Kalau sudah begitu, saya rajin melakukan komunikasi dengan beberapa vendor langganan yang ada di Jerman,” lanjut pria 33 tahun ini.
Tidak ada kesulitan untuk berkomunikasi dengan koleganya di Jerman. Pasalnya, selain rutin datang ke sana untuk menyaksikan pameran mobil-mobil klasik, anak pertama dari mantan sekjen Departemen Hankam Marsekal Madya (Purnawirawan) Suprihadi ini pernah tinggal dan kuliah selama 7 tahun di Jerman. “Ya, saya terjangkit virus senang mobil klasik selama di sana. Komunitasnya banyak dan melakukan kegiatan secara rutin,” lanjutnya.
Hampir setiap hari, ayah dari Rafa (6 tahun), Bagas (5), Farrel (4) serta Safa (3 bulan) ini melakukan korespondensi email tentu dengan menggunakan bahasa Jerman. Itulah salah satu yang membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan suku cadang atau aksesori yang diperlukan. Mengingat sebagian besar koleksi mobil yang didapat dalam kondisi parah.
Fiat Belila Sport Spider dan Sunbeam Alpine, maskot koleksi Bayu
Tepatnya, sekitar 7 tahun silam Bayu mulai serius mengoleksi mobil klasik ini. Pertama kali dengan merestorasi Mercy Tiger, lalu Batman hingga Mercy Kebo. Ini dipakai untuk ajang belajar. Namun karena dianggap sangat standar, kemudian Bayu memilih selektif.
“Kalau bisa memiliki mobil Eropa yang langka dan produksi pre-war dunia, pasti memiliki value yang sangat tinggi. Sejak itu, saya mulai berburu ke berbagai daerah saat mengikuti turing dan melalui komunikasi dengan sesama komunitas yang tergabung dalam PPMKI (Persatuan Penggemar Mobil Kuno Indonesia),” sambung pria yang berkantor di Jalan Thamrin, Jakarta ini.
Kebanyakan pemilik pertama mobil-mobil itu orang kaya dan terpandang di daerah. Namun karena pemiliknya sudah tua dan anaknya tidak begitu suka dengan mobil klasik, lalu menghubungi Bayu. Mereka ingin mobil kesayangan tempo dulu itu, jatuh pada orang yang benar. Bayu bersama sang ayah yang pembina PPMKI itu memang dikenal sebagai kolektor dan restorator apik dan sayang pada mobil-mobilnya.
Seperti Sumbeam Alpine itu didapat dari Yogyakarta. Mercedes-Benz 230 W 143 diperoleh di Salatiga, Jawa Tengah pada 4 tahun lalu. Atau Mercedes-Benz 300 Adenauer ditemukan di Kediri, Jawa Timur. Lalu, ada Mercedes-Benz 230 keluaran 1937 yang dibeli dari pereli internasional Rifat Sungkar yang kemudian direstorasi menjadi kinclong lagi.
“Kalau memilih mobil, saya suka yang langka, sporty, cabrio dan dua pintu. Istilahnya yang punya value tinggi. Dan kebanyak koleksi mobil saya itu yang ada satu-satunya di Indonesia dan sangat prestise di eranya. Seperti MB 300 Adenaur itu kelasnya di atas S-Class yang biasa dipakai Kanselir Jerman, Armstrong Siddeley itu malah diproduksi perusahaan pembuat pesawat di Inggris atau Jaguar MK VII yang sudah bermesin DOHC itu merupakan satu-satunya di Indonesia.
“Satu hal, seluruh mobil koleksi saya bisa jalan. Soal kapan memakainya, biasanya pas weekend, Minggu pagi bersama anak-anak. Giliran sih memakainya. Anak-anak juga suka kok. Terutama si Rafa yang paling gede itu bahkan sudah hafal seluruh pembalap F1 musim ini. Kesempatan lainnya ya pas gathering bersama teman-teman komunitas PPMKI,” terang Bayu. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR