|
OTOMOTIFNET - Krisis ekonomi global yang menimpa Amerika berefek terhadap kenaikan harga komponen motor. Kok bisa? Jelas, soalnya bahan baku spare-parts dibeli menggunakan dollar Amrik yang nilainya makin melambung meninggalkan rupiah.
Latar belakangnya tentu karena kacaunya perekonomian di Negeri Paman Sam. Jelas membuat dollar US menghilang karena ditarik investor Amerika kembali ke negaranya. Akibatnya dollar hanya tinggal sedikit dan susah dicari. Makanya nilai tukar rupiah terhadap dollar makin membumbung.
Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US paling tinggi hanya Rp 9.400. Kini 1 dollar US harus dibeli dengan Rp 10.050. Kenaikannya memang masih dalam rentang ratusan rupiah, tapi membawa efek buruk terhadap pembelian bahan baku komponen yang akan dibuat di dalam negeri.
Efeknya ke produsen komponen OEM (Original Equipment Manufacture) yang sangat bergantung pada bahan baku logam dari luar negeri. Produsen OEM, kan ada juga yang menyuplai untuk aftermarket. Hampir 90 persen lebih raw material alias bahan baku logam diimpor. Terus, produsen di Indonesia mengolahnya jadi beragam komponen pendukung buat motor.
Willianto. Sementara belum naik |
Harga bisa dinaikan karena produsen spare-parts di sini tetap akan butuh material. “Itu karena kondisi keuangan dunia. Apalagi mata uang dollar bisa naik di luar patokan,” ujar Agus Tri Haryadi, Marketing Specialist dari PT Dharma Polimetal (DP), Tangerang, Banten. DP salah satu vendor knalpot, rangka, dan pelek buat produsen motor.
Lebih parah lagi jika transaksi pakai mata uang Yen Jepang. Kan, produsen bahan baku komponen buat produsen spare-parts OEM banyak dari Jepang. Sekarang 1 Yen sempat Rp 100, padahal sebelumnya 1 Yen sama dengan Rp 80. Ini membawa efek buruk dan bisa dua kali lipat kenaikan harganya dibanding akibat gejolak dollar.
“Itu yang kita khawatirkan. Moga enggak terjadi,” bilang Hernito Dwiyanto, Quality Departement Head, PT Federal Nittan Industries, produsen klep bermarkas di kawasan Cibitung, Bekasi.
KARENA PERMINTAAN
Ada kondisi lain yang memungkinkan harga komponen naik. Seperti saat pembangunan total fasilitas olahraga di Cina. Waktu itu Negeri Tirai Bambu itu sedang mempersiapkan sarana untuk Olimpiade Beijing 2008. Beberapa jenis material logam disedot Cina. Nikel, stainless, sampai aluminium harganya merangkak naik di pasaran. Minimal 10 persen dari banderol sebelumnya.
Akibatnya, produsen bahan baku bikin harga naik lantaran permintaan di pasar jauh lebih tinggi dibanding produksinya. Pabrikan bahan baku logam bisa menaikan harga karena permintaan melonjak. Hukum dagang, kan memang begitu.
Istilah bisnis kejadian di atas disebut sortir suplai. “Ini bisa juga terjadi. Produsen bahan baku di luar negeri akan membatasi produksi, tapi permintaan terus berjalan. Kenaikan harga bisa dilakukan karena siapa yang bisa kasih harga tinggi, itu yang disuplai,” tambah Teguh Raharjo, Marketing Division Head, PT Federal Izumi Manufacturing, produsen piston.
AFTERMARKET ANCANG-ANCANG
Termasuk komponen aftermarket seperti Indoparts atau Ichidai, walau tidak langsung menaikkan harga, tapi sedang berpikir keras dan ambil ancang-ancang. Apalagi vendor Indoparts rata-rata dari luar negeri. Melemahnya nilai rupiah membawa efek lumayan besar.
“Awalnya Indoparts berpatokan pada Rp 9.000-9.250 terhadap dollar US. Namun kini kejadiannya lebih tinggi lagi. Untuk sementara kami belum menaikkan harga,” jelas Wilianto Husada, Division Head PT Indomobil Bhupala, distributor Indoparts.
Usaha yang dilakukan Indoparts ada dua cara. Pertama, masih menunggu titik stabil nilai rupiah. “Kedua, kami akan nego dengan suplaier untuk kembali menekan harga,” jelas pria akrab dipanggil Wili dari kantornya di Jl. Raden Inten, Jakarta Timur.
Kondisi seperti ini juga melanda komponen racing seperti CDI. Maklum komponen elektronik sebagai bahan bakunya dipastikan dari luar negeri. Seperti CDI BRT yang materialnya diambil dari Jepang, Cina, India, Korea dan Taiwan. Setelah dihitung, kenaikan harga komponen aftermarket dan racing akan sama. “Rentangnya 5-20 persen,” kompak Wilianto dan Tomy Huang, bos PT Trimentari Niaga penyalur CDI Cibinong.
Penulis:Niko/Aong
Editor | : | Editor |
KOMENTAR