Jakarta - Batasan kapasitas mesin untuk taksi online sudah mulai diberlakukan per Oktober 2016 ini. Banyak yang pro, tak sedikit juga yang kontra. Ragam komentar pun bermunculan, baik dari pengemudinya sendiri sampai pengguna taksi online. Apa kata mereka?
Suryono, yang merupakan pengemudi taksi online Uber. Menggunakan Toyota Agya (mobil LCGC) berkapasitas 1.000cc transmisi otomatis. Mobil tersebut miliknya sendiri. Ketika tau ada pembatasan kapasitas mesin, dirinya pun berkomentar;
"Saya pakai Agya sangat praktis sekali mas. Dimensinya kecil, jadi tidak ribet saat macet. Bensin juga sangat-sangat irit. Dan karena macet, jadi saya pilih transmisi otomatis, waduh mau seharian 'narik' juga tidak begitu capek," ujarnya.
Dirinya juga mengomentari soal performa mesin 1.000cc Toyota Agya yang dipakainya. Menurutnya untuk penggunaan di dalam kota, tidak ada masalah sama sekali.
"Kan jarang ngebut juga, Jakarta macet begini, buat apa tenaga besar-besar. Toh, saya pakai ke Sukabumi banyak tanjakan, penumpang penuh, naik aja kok," tambahnya.
Sementara para pengguna taksi online, kebanyakan tidak mempermasalahkan mobil apa yang digunakan selama mobil tersebut layak dan nyaman.
"Saya sih tidak begitu mengerti soal mobil. Tapi selama ini mobil apa saja nyaman-nyaman aja, mau Agya, mau Xenia, sama saja rasanya, tarifnya juga sama," ujar Dewi, yang mengaku hampir setiap hari menggunakan layanan Uber Taksi pulang pergi rumah-kantor.
Dirnya melanjukan, yang jadi masalah itu kalau pengemudinya tidak ramah, ugal-ugalan, mobilnya kotor, apalagi kalau kabinnya kotor dan tidak terawat, baru merasa tidak nyaman. "Tapi kalau soal mesin dan ukuran mobil, sama saja kayaknya," tutupnya.
Bagaimana menurut anda, para pengemudi dan pengguna taksi online? Sampaikan di kolom komentar ya! (otomotifnet.com)
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR