Otomotifnet.com - Di Malaysia, terjadi kesinambungan yang apik antara Sepang International Circuit (SIC) selaku wadah akademi balap, Petronas sebagai BUMN yang menjadi sponsor utama, juga federasi olahraga Malaysia.
Mereka mendukung pembalap Malaysia menuju ajang balap dunia.
Hal ini disampaikan Dato Ahmad Razlan Ahmad Razali, CEO SIC.
“Ya itu memang program kita dari awalnya, kita ingin melahirkan rider-rider juara dari Malaysia. Tentu tidak bisa instan, tapi itu sudah menjadi program kami sejak lama seperti mendukung Adam Norrodin dan Hafizh Syahrin untuk bisa ke MotoGP,” kata Dato Razlan.
“Kami tidak bisa sendirian untuk bisa menggelar MotoGP atau membuat pembalap berkiprah di MotoGP."
"Dukungan dari kerajaan atau pemerintahan Malaysia serta kajian ekonomi yang tepat, menjadi salah satu alasan Malaysia selalu dipilih untuk menggelar MotoGP,” sambungnya.
(BACA JUGA: Kocak, Aksi Kejar-Kejaran Valentino Rossi Pakai Mini Bike, Lawannya Balita Naik Sepeda)
Pemerintah Malaysia tidak terlalu sulit untuk mendukung SIC secara dana karena SIC juga masih punya pemerintah Malaysia.
Berbeda dari sirkuit Sentul yang milik swasta, jelas akan sulit bagi pemerintah untuk turut campur tangan.
Satu-satunya cara pemerintah Indonesia bisa turun tangan dengan membuat sirkuit standar internasional dan menjadikannya sebagai BUMN.
Tapi kapan?
Ah sudahlah, lebih baik membahas kapan pembalap Indonesia menuju MotoGP.
Hal yang sudah lebih dekat untuk tercapai.
Tapi di Indonesia, untuk menuju kancah balap motor dunia adalah dengan penjenjangan yang dilakukan oleh Agen Pemegang Merek (APM).
(BACA JUGA: Kocak, Adik Marc MarqueZ Ngajak Juara Dunia Moto3 Naik Vespa, Mau Berangkat Injek Starter Dulu)
Ini bisa menjadi jalur mudah dan jelas bagi pembalap muda ke ajang internasional.
Lihat saja Dimas Ekky & Gerry Salim yang sudah berkprah di Eropa karena Honda dan Galang Hendra Pratama di World Supersport 300 (WSSP300) karena Yamaha.
Namun jika terikat dengan APM, pembalap tersebut akan punya label dengan merek tertentu.
Ini bak pisau bermata dua, APM punya keharusan untuk mengembangkan pembalap muda, tetapi di sisi lain pemerintah seakan lepas tangan karena pembalap yang bersangkutan sudah menjadi tanggung jawab sebuah merek.
Sinergi yang harusnya terbangun jadi seperti putus di tengah.
Seandainya tidak terikat merek, biasanya akademi dan penjenjangan tersebut dilakukan akademi balap dari sirkuit internasional, seperti yang dilakukan SIC.
(BACA JUGA: Banjir Ucapan Selamat Buat Gerry Salim, Indonesia Pertama Juara Asia)
Sirkuit Sentul pun akui bisa saja membangun akademi balap dan melakukan penjenjangan.
“Asalkan ada mitranya kita bisa, tapi sekarang kami tidak bisa bergerak sendirian. Misalnya dari Pertamina atau APM sepeda motor di Indonesia."
"Kalau sirkuit Sentul sudah direnovasi menjadi lebih bagus dan layak untuk MotoGP, kenapa tidak sekalian kita bikin akademi balapnya,” kata Ananda Mikola, Manajer sirkuit Sentul.
Keterbatasan sirkuit besar juga menjadi halangan APM untuk menggelar ajang balap motor purwarupa berskala nasional.
“Kami bisa saja menggelar balapan pakai Honda NSF250R seperti Thailand Talent Cup (TTC) tapi sirkuitnya di mana?"
"Kalau dengan kondisi sirkuit Sentul yang masih seperti ini, hasilnya pun akan kurang maksimal,” ujar Thomas Wijaya, Marketing Director PT. Astra Honda Motor (AHM).
Sedangkan Pertamina selaku BUMN yang kerap mendukung ajang balap, terlihat sedikit ‘menutup mata’ untuk memilih pembalap yang ditargetkan untuk ajang balap motor internasional.
(BACA JUGA: Kocak, Pembalap MotoGP Ini Lakukan Aksi Knee Down Bukan Naik Motor Balap)
Seakan hanya mendukung bagi pembalap yang ‘sudah jadi’, bukan yang masih pembinaan.
Agak sedikit berbeda dengan Federal Oil yang sudah 7 tahun menjadi sponsor utama tim Gresini di Moto2.
Terakhir ada pembalap Indonesia di tim asal Italia itu adalah Doni Tata Pradipta kala Moto2 2013.
Namun performanya yang tidak bagus, membuat kiprah pembalap asal Jogjakarta tersebut hanya satu musim saja.
“Saya bisa saja memberikan kesempatan bagi pembalap Indonesia untuk lebih lama di Moto2, namun pihak manajemen tim menginginkan pembalap yang lebih baik dan tidak sekadar belajar"
(BACA JUGA: Keren...Walau Menahan Rasa Sakit, Dimas Ekky Mampu Penuhi 2 Target)
"Makanya, semisal ada pembalap Indonesia yang sudah matang dan jago, bisa kasih tahu saya maka saya akan berikan pertimbangan untuk balapan di Moto2,” tutur Patrick Adhiatmadja, selaku Presiden Direktur Federal Oil.
Dalam berbagai sudut pandang, Malaysia paling tepat dalam hal ini.
Sebab mereka mendirikan tim balap sendiri, dengan badan usaha nasional yang menjadi sponsor utama, dan juga dukungan tinggi dari pemerintahan.
Jadi tidak ada gangguan dalam pengambilan keputusan dari pihak luar.
Semoga Indonesia bisa mengikuti jejak Malaysia dalam pembinaan pembalap. (DAB/Otomotifnet.com)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR