Otomotifnet.com - Para pengemudi Grab dikabarkan pindah ke Go-Jek karena merasa diperlakukan seperti kerja rodi.
Salah satu sebabnya karena penetapan tarif rendah dan insentif buruk di tengah banjir promo ongkos murah.
"Supaya bisa dapat penghasilan harian yang layak di Grab, harus lebih dari 20-an trip (perjalanan/order) sehari. Seperti kerja rodi saja," kata Irfan Fauzi (32), mantan mitra Grab yang pindah ke Go-Jek pada sekitar pertengahan November, di Jakarta, Selasa (4/12).
Pendapatan yang diterima, menurut Irfan, tak sebanding dengan usaha yang dilakukan mitra pengemudi di lapangan.
(BACA JUGA: Menteri Perhubungan Geram, Pihak Grab Baru Mau Melunak)
Belum lagi aturan penarifan yang dianggap tidak transparan dan kerap berubah, termasuk soal skema insentif yang semakin sulit dicapai.
Penyedia layanan transportasi daring berbasis aplikasi asal Malaysia ini menetapkan skema insentif berubah menjadi sistem berlian.
Ada pun tarif Grab Bike per kilometer ditetapkan Rp1.200 untuk jarak dekat, dengan potongan 20 persen dari total ongkos perjalanan untuk keuntungan perusahaan.
"Pencapaian bonus jadi semakin susah setelah Grab menerapkan skema berlian," ujarnya.
(BACA JUGA: Kisruh Terus-Terusan, Kemenhub Bakal Beri Sanksi Ke Go-Jek Dan Grab)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | wartakotalive.com |
KOMENTAR