Otomotifnet.com - Suzuki Satria F-150 terbilang bebek underbone yang cukup ngacir di kelasnya.
Menggendong mesin 150 cc single silinder dengan teknologi DOHC, dalam keadaan standarnya, FU ini mampu memuntahkan power 12,5 dk dan 11,72 Nm.
Namun, muntahan tenaga ini masih dirasa kurang ngacir buat menemani Gede Purnaka pergi kerja, turing bareng komunitas hingga fun race di sirkuit .
“Makanya, saya coba upgrade mesinnya agar larinya ngacir,” buka lajang dari di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini.
(Baca Juga : Innova Kena Modifikasi 'Paling Mahal' Bodykit Bergaya Ala Lexus)
(Baca Juga : Suzuki Carry Ringsek, Muka Amblas, Bodi Hancur Kalah Lawan Pohon)
Trik yang dilakukan oleh Gede Purnaka terbilang cukup sukses, setelah muntahan power terlihat di mesin dynotest milik Sportisi Motorsport di Rawamangun, Jakarta Timur.
Mesin Dynojet 250i buatan Amerika, membaca tenaga maksimum Satria F-150 ini mampu muntahkan power 18,11 dk/9.800 rpm dan torsinya 14.47 Nm/7.500 rpm.
Kenaikan tersebut cukup besar, bila dibandingkan power standar dari Satria F-150.
Naik sekitar 44,88 persen atau digenapkan jadi 45%.
Nah, pengen tau ubahannya?
Untung Pangestu, mekanik Vokus Maju Motor (VMM) di Jl. Layur No. 24, Pulo Gadung, Jakarta Timur, meningkatkan kapasitas silinder mesin.
Caranya isi perut alias mesin dibikin buncit hingga 218 cc.
Bukan cuma gedein diameter piston doang pakai Kawasaki Eliminator (68 mm).
“Stroke standar motor yang hanya 48,9 mm, dinaikin juga jadi 60 mm alias naik 11,1 mm dari standarnya. Itu bisa tercapai lewat penggeseran big end sejauh 5,55 mm,” terang mekanik asli Tegal,Jawa Tengah ini.
Tapi, agar pucuk piston gak terlalu nongol dari boring, setang seher diganti pakai punya Scorpio yang lebih pendek 2 mm.
(Baca Juga : Pengendara Yamaha R15 Injak-injak Jupiter, Sudah Jatuh Masih Disalahkan)
(Baca Juga : Yamaha RX-King Mengenaskan, Ditemukan di Selokan Campur Sampah)
Lubang pen sehernya 16 mm, pas dengan seher Eliminator.
“Plus kruk as dikasih bandul timah biar lebih balance,” tambah Untung.
Dengan ubahan tersebut, saat diburet kompresi mesin terukur hanya 11,2 : 1.
Sengaja dibikin tidak terlalu tinggi biar tetap aman buat harian dan masih ideal nenggak Pertamax.
Untuk sektor pengapian, Untung masih mempercayakan magnet standar pabrik.
Tapi, sedikit dibubut agar bobot lebih enteng.
“CDI diganti produk aftermarket, berlebel Kitty Racing asli Thailand, dikawinkan koil ori Yamaha YZ125. Pelentik api di ruang bakar dipercayakan pada busi iridium TDR Racing,” bebernya.
Mekanisme buka-tutup klep alias noken as, disetting ulang, profilnya jadi berdarasi total 262,5 derajat.
Dengan rincian durasi in dibikin 260 derajat, yang mulai buka klep di 25 derajat sebelum TMA dan menutup 55 derajat setelah TMB.
Sedang ex-nya diset berdurasi 265 derajat, yang buka klepnya membuka di 57 derajat sebelum TMB dan closing di 28 derajat setelah TMA.
(Baca Juga : Yamaha: Kabel Menjulur Keluar XMAX Sengaja, Hilang Karena Difungsikan)Baca Juga : New Avanza Produk Terlaris Toyota di Januari 2019, Kalahkan Innova!)
Pengabut bahan bakar bawaan yang model vakum, dianggap sudah enggak lagi mumpuni buat melayani kapasitas mesin yang membengkak.
Sebagai gantinya, dipasang karburator Keihin PE28, dengan settingan pilot jet 45 dan main jet 125.
Agar gigitan kopling makin oke, kampas kopling standar ikut dilengserkan.
Sebagai gantinya, dipasangkan satu set kampas kopling Suzuki RGR.
“Kampas kopling RGR cengkramannya lebih kuat dari standarnya,” tutup Untung sembari bilang per kopling pakai merek Helios.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | Motorplus-online.com |
KOMENTAR