Otomotifnet.com - YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) tegaskan perluasan ganjil genap tak akan efektif menekan kemacetan dan polusi udara di Jakarta.
Hal ini disampaikan oleh Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI.
Jika penerapannya hanya setengah hati, maka perluasan area ganjil genap tak akan efektif menekan kemacetan di Jakarta, dan tak akan mampu menekan tingginya polusi udara di Jakarta.
Ia memaparkan empat fakta, berikut ini rinciannya;
1. Pengecualian sepeda motor yang tak terkena ganjil genap, akan mendorong masyarakat pengguna roda empat bermigrasi/berpindah ke sepeda motor.
Apalagi pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di Jakarta mencapai lebih dari 1.800 per hari.
Dan makin tingginya penggunaan ojol (ojek online);
2. Pengecualian sepeda motor juga akan mengakibatkan polusi di Jakarta kian pekat, makin polutif.
Menurut data KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), sepeda motor berkontribusi paling signifikan terhadap polusi udara yakni: 19.165 ton polutan/hari di Jakarta bersumber dari sepeda motor sebesar 44,53%, mobil sebesar 16,11%, bus sebesar 21,43%, truk sebesar 17,7%, dan bajaj sebesar 0,23%;
3. Wacana pengecualian taksi online juga merupakan langkah mundur, bahkan merupakan bentuk inkonsistensi.
Pengecualian ini akan memicu masyarakat berpindah ke taksi online dan upaya mendorong masyarakat berpindah ke angkutan masal seperti Transjakarta, MRT, KRL/Commuter Line, dll; akan gagal;
4. Upaya menekan polusi udara juga akan gagal manakala kendaraan di Jakarta masih gandrung menggunakan bahan bakar (BBM) dengan kualitas rendah, seperti jenis bensin premium dan atau bahan bakar dengan kandungan sulfur yang masih tinggi.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR