Otomotifnet.com - Radiator bermasalah memang menyebalkan, sebab bisa menyebabkan mesin overheat, bahkan macet.
Nah, masalah yang sering terjadi pada radiator, yaitu mengendapkan kotoran dalam saluran air di radiator.
Sehingga membuat sirkulasi cairan pendinginnya jadi tidak lancar.
Tapi tahu kah sobat dari mana datangnya kotoran dalam saluran radiator? Padahal saluran radiator kan tertutup rapat.
Baca Juga: Selain Karat, Ini Potensi Yang Dihadapi Jika Tanpa Radiator Coolant
Sebenarnya, kotoran yang ada dalam saluran radiator tersebut umumnya bersumber dari karat yang terjadi pada komponen berbahan logam yang dilewati cairan radiator.
Karat tersebut dipicu oleh pemakaian cairan radiator yang tidak memiliki kemampuan mencegah karat.
O iya, Otomotifnet.com pernah menguji beberapa macam cairan (selain radiator coolant) yang sering digunakan pada radiator.
Mulai dari air keran, air mineral, air sulingan AC, hingga air aki isi ulang yang katanya bagus buat radiator.
Hasilnya, semua cairan ini dalam waktu 4 hari saja sudah menimbulkan karat pada paku berbahan besi.
Tapi, bukan berarti air biasa haram digunakan untuk cairan radiator loh.
Hanya saja tidak disarankan menggunakan 100% persen air biasa, melainkan dicampur dengan radiator coolant.
“Khususnya dicampur dengan radiator coolant jenis concentrated,”
“Kalau coolant yang langsung pakai, enggak perlu dicampur air lagi,” bilang Stanley Tjhie, Business Opportunity Development PT Laris Chandra, sole distributor radiator coolant merek Prestone di Indonesia.
Baca Juga: Coolant Radiator Ada Ready To Use dan Concentrate, Salah Perlakuan Bikin Nyesel
Itu pun rasio pencampurannya minimal 50% coolant tipe concentrated dan 50% air.
Kenapa harus tetap pakai radiator coolant? Karena cairan pendingin khusus radiator kata Stanley dirancang memiliki formula anti rust atau pencegah karat.
Tapi jangan salah pilih radiator coolant juga loh, karena menurut Stanley ada juga radiator coolant ‘abal-abal’ yang beredar di pasaran.
Namun meski menggunakan radiator coolant, kita tetap disarankan melakukan penggantian radiator coolant secara berkala.
Kalau sobat perhatikan di buku panduan servis yang biasanya disertakan saat pembelian mobil, rata-rata penggantian radiator coolant dilakukan setiap jarak tempuh 40.000 kilometer.
“Tergantung jenis mobil dan radiator coolant yang dipakai. Kalau secara general sih setiap 24.000 kilometer,” terang Stanley.
Nah, kalau sobat menggunakan radiator coolant jenis yang satu ini, umur pakainya bisa lebih lama lagi loh, yaitu jenis long life.
Menurut Didi Ahadi, Technical Support Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), radiator coolant jenis long life usia pakainya bisa lebih dari 4 tahun.
Didi pun mencontohkan, “Untuk TMO radiator coolant tipe LLC (Long Life Coolant) bisa sampai 80.000 kilometer, sedangkan yang Super LLC bisa sampai 100.000 kilometer.”
Ia pun lantas coba mengasumsikan, misalnya bila jarak tempuh mobil dalam 1 tahun sekitar 20.000 kilometer, maka untuk TMO LLC bisa mencapai 4 tahun pakai.
Sedangkan TMO Super LLC yang bisa mencapai 100.000 kilometer, bisa 5 tahun pakai baru kemudian didiganti.
Selain TMO LLC dan Super LLC, di pasaran juga banyak pilihan radiator coolant jenis long life, salah satunya keluaran Prestone.
“Itu (Dex-Cool Prestone) Extended Life Technology bisa sampai 150.000 kilometer, atau 5 tahun,” beber Stanley. Wow..!
Tuh sob, untuk yang ingin hemat pengeluaran servis rutin mobil kesayangan, bisa pakai radiator coolant jenis long life ini.
Di pasaran, radiator coolant jenis long life ini untuk produk OEM harganya mulai Rp 100 ribu - 150 ribuan untuk kemasan 1 galon atau 4 liter.
Sedangkan yang produk aftermarket ada yang harganya sampai Rp 400 ribuan, tergantung merek.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR